Dalam dua hari ini, saya memantau khusus proses daftar ulang anak mbarep (baca : sulung). Setelah sebelum lebaran, sebelum mudik, seluruh dokumen pendukung disiapkan termasuk menanyakan dan memantapkan kembali kebulatan niat dan tekad untuk studi lanjut di Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah. Kampus yang berada di bilangan Ciputat, Tangerang Selatan. Maklum, anak baru gede, biasanya masih labih dalam memilih sesuatu.
Ba’da subuh tadi, saya luangkan untuk berdialog dan alhamdulillaah sudah beres. Tahapan selanjutnya seperti tes TOEFL, tes Bahasa Arab, masa orientasi pun telah ia catat dengan baik. Tak lupa, dia juga menceritakan mendapatkan teman baru sesama pendaftar ulang. Lumayan, katanya, antrian yang panjang dan lama, tidak membosankan karena sembari bertukar cerita dan pengalaman.
Pas perjalanan menuju kantor, ingatan saya merasuk jauh ke belakang. Babak baru kehidupan telah di mulai lagi. Salah satu siklus kehidupan sebagai reminder pun sudah diketuk oleh Gusti Allah. Itu berarti masa yang sama 26 tahun lalu, ketika saya masuk Teknik Mesin Universitas Brawijaya, saat ini dialami anak sulung. Dia memulai juga perjuangan untuk menyerap studi dan pengalaman, bekal berkarya di kemudian hari.
Bagi orang tuanya, saya dan garwa, ketukan pengingat itu adalah jatah hidup yang semakin berkurang. Waktu berkarya tentunya relatif lebih pendek, namun harus optimal dan mempunyai daya jungkit yang lebih besar. Tak lupa menyiapkan warisan yang pas bagi anak-anak, ilmu yang bermanfaat setidaknya bagi mereka dan tentunya bagi masyarakat.
Lain lagi, bagi si mbarep, ini perjalanan yang perlu ditata kembali. Ini babak baru dan kalu boleh di bilang menentukan. Track dalam upaya membekali diri lebih dirapikan, baik rohani maupun jasmani. Ibarat, perjalanan mendaki gunung, walaupun secara tampilan dan postur nampak kuat, tidak ada salahnya melakukan latihan fisik secara rutin kembali sebelum mendaki. Menentukan beberapa exercise yang sesuai medan. Memberikan asupan jiwa berupa bacaan penggugah semangat. Mengikuti kegiatan-kegiatan penguat rohani, seperti sholat berjamaah, mabit, dll. Acapkali, kita kuat dalam satu pencapaian, satu tahapan, tapi jika bicara ketahanan, kita keteteran. Endurance bisa dicapai ketika fisik terlatih, psikis terasah dan kokoh. Sholat berjamaah itu pun belajar bisa dipimpin sekaligus suatu ketika bisa memimpin dengan baik dan benar.
Babak baru bagi kami sekeluarga tengah dihamparkan Allah SWT dihadapan kami. Kami terus berupaya dan berdoa, semoga dapat dilewati dengan gilang gemilang.
“Rabbanaa aatinaa fiddunya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaa ban naar”
(Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka)