Salah satu sahabat saya, bisnisnya mulai berkembang. Tapi yang membuatnya galau adalah label pada seragam itu, acapkali bukan namanya. Nama merek sang pemesan. Padahal semua bahan, tukang jahit hingga penjaminan mutunya, ia yang lakukan. Pemesan hanya memberikan desain, spesifikasi, dan juga waktu pengiriman. Bukannya, tidak bersyukur, ia ingin namanya juga diketahui publik. Punya brand lokal yang dikenal , bahkan mendunia. Beberapa kali kesempatan ia lontarkan kegundahannya.
Singkat cerita diskusi di suatu siang mengerucut pada bagaimana kondisi perusahaan secara keseluruhan. Sahabat ini ternyata profitnya masih hijau alias sehat. Kantornya lebih representatif. Karyawannya tambah banyak. Tentunya kendaraan operasional juga berubah menjadi roda empat. Setidaknya menjadi indikator ada perubahan positif.
“Ya.. alhamdulillaah sih, keuntungan malah makin cemerlang”, katanya sembari tersipu.
Ia nampak tertohok sedikit. Dia menyadari, mengeluh di satu sisi, padahal justru bagian terpentingnya Allah SWT telah memberi jauh lebih besar. Ya, keuntungan. Dambaan setiap pemilik perusahaan.
Saya sangat senang mendengar jawaban itu. Indikator tadi menjadi confirmed. Penambahan, perubahan positif karena size usahanya membesar. Di samping itu, setidaknya kegundahannya sebenarnya sudah terjawab. Menurut hemat saya, merek kita sendiri terkenal atau tidak, untuk sementara bisa dikesampingkan. Nyatanya dengan menerima order jahitan merek lain, perusahaannya pun semakin maju.
Sahabat saya ini dapat dikategorikan sebagai perusahaan contract manufacturing. Suatu perusahaan yang digunakan jasanya oleh perusahaan lain dalam memproduksi barang. Dalam hal ini, termasuk melakukan pengadaan bahan baku atau barang setengah jadinya, proses produksi, penjaminan mutu, pergudangan, dan pengiriman. Pemberi kerja memberikan desain, spesifikasi dan time delivery.
Ada juga aktivitas yang hampir mirip, disebut toll manufacturing. Bedanya, perusahaan pemberi kerja memberikan bahan baku atau bahan setengah jadi dan kemasannya. Pabrik penerima menjalankan proses selebihnya. Perusahaan tersebut memang punya keunggulan dalam memproduksi barang.
Kapan keputusan itu diambil ? Dari kacamata pemberi kerja, maka pertimbangan utama adalah biaya. Sehingga profit tetap dapat dijaga positif bahkan menanjak.
Sebagai gambaran, sahabat saya tadi memang memiliki peralatan produksi seragam yang menurut hemat saya lengkap. Salah satunya adalah mesin bordir. Ia melakukan investasi membeli mesin yang sekali proses bisa menghasilkan 24 pcs hasil bordiran. Desain hanya sekali diunggah. Computerized. Hasil dalam jumlah besar punya kualitas yang sama. Waktu lebih cepat. Tentunya biaya bordir per pcs menjadi lebih kompetitif.
Pemberi kerja tadi, ternyata bordirnya masih manual. Jika ada order hingga 10 ribu seragam, maka ia harus memperkerjakan lebih banyak orang untuk mengejar waktu pengiriman. Karena sifat pekerjaan yang job order, wajar saja jika ia hanya memiliki beberapa tenaga kunci. Ia perlu menambah orang. Dibutuhkan pelatihan agar hasilnya setara. Perlu waktu lagi, bukan ? Jika dipaksakan, mengambil penjahit yang berpengalaman misalnya, biaya tenaga kerja bisa relatif tinggi. Belum lagi peluang terjadi perbedaan hasil bordir masih terjadi. Itu bisa mengakibatkan bengkaknya biaya karena adanya produk cacat. Tidak sesuai spesifikasi. Production cost bordir bisa membengkak. Walhasil dapat menjadi potensi penyumbang kerugian, setidaknya mengurangi profit margin.
Dengan kondisi itu, keputusan pemberi kerja mengalihdayakan kepada perusahaan milik sahabat saya dapat dikatakan tepat. Ia memperhitungkan biaya produksi. Ia berikan perkejaan itu dengan anggaran awal sesuai yang ia punya. Ia menyerahkannya kepada pihak lain yang punya kompetensi inti memproduksi. Ia tetap memegang kendali utama. Desain, spesifikasi dan waktu pengiriman menjadi kunci yang tetap ia pegang. Ia bisa mempertahankan margin keuntungan tanpa mengurangi jatah profit untuk perusahaan penerima order. Ini karena biaya yang pas di tangan yang tepat.
Berkaca pada kejadian itu, patut kita amati kembali proses bisnis. Review in details. Mana proses yang ibarat tubuh masih banyak lemaknya. Ia masih penyumbang biaya yang tidak perlu. Pos yang masih bisa dipangkas. Daftar vendor pun dibuka kembali, baik yang existing maupun baru, sebagai tempat alihdaya. Siapa tahu, ternyata ada yang lebih ahli. Ada vendor yang proses bisnis utamanya produksi, lebih bersaing. Tidak ada salahnya, mulai dirancang untuk diberikan kepada ahlinya.
Biaya yang pas, pada tempat yang tepat.
Salam hangat,
This is AriWay
www.ariwijaya.com