Rekan-rekan Leaders dan juga Young Guns..
.
Ada keniscayaan sangat berharga dalam sejarah yang patut menjadi pelajaran kita semua. Bahwa kemenangan, kegemilangan tidak dapat diperoleh atau terjadi dengan instan. Selalu ada peristiwa penting yang menjadi pemantik dan pembuka bagi peristiwa penting berikutnya.
..
Perjuangan para founding fathers negeri ini juga memberikan banyak contoh. Mereka berjuang silih berganti untuk melawan kolonialisme di masing2 daerah. Berhasil dipadamkan, dengan durasi perang yang berbeda. Semua berubah, ketika ada peristiwa 28 Oktober 1928. Ada sumpah persatuan. Cara berjuang pun berubah. 17 tahun kemudian Indonesia merdeka.
.
Kalau menilik jauh lebih ke belakang, Perjanjian Hudaibiyah Tahun 628 atau 6 tahun setelah Nabi Muhammad berpindah dari Mekkah ke Madinah. Sebuah perjanjian yang memberikan gencatan senjata dan kebebasan saling mengunjungi 2 kota penting itu. Seperti jeda setelah beberapa tahun terjadi perang yang dahsyat dan membawa banyak korban jiwa. Tak berselang lama, 2 tahun setelah perjanjian itu, Mekkah dapat dikuasai dengan damai. Mereka bersatu.
.
Pemboman Hirosima Nagasaki yang memilukan itu, mengakhiri Perang Dunia yang menelan korban puluhan juta manusia. Perang yang melibatkan banyak negara. Enam tahun konflik yang sangat luas dan mematikan.
.
Jika saya bawa ke konteks perusahaan yang kita cintai ini, beberapa milestone juga menandakan hal yang serupa.
.
Kita dulu didirikan oleh founding fathers adalah sebuah perusahaan penguliran. Namanya Purna Bina Nusa. Setelah 28 tahun ada perubahan, ditambahnya bisnis Fabrikasi Konstruksi. Kita pernah 1 tahun lebih ‘puasa’ karena API sebagai tool kita dicabut. Setelah itu kita mau dan mampu bangkit. Ini yang penting, mau. Alias berkeinginan kuat dan bahu membahu untuk berubah lebih baik. Kita juga diberi kepercayaan mengelola bisnis maintenance. Kita diberikan lagi ruang belajar dan alat mendapatkan keuntungan.
.
Kali ini cobaan pun datang. Ada lini bisnis yang menggerus kerja bareng kita semua. Dalam. Ya, lubang yang menganga ini membuat kita tertatih untuk naik kembali. Satu dua orang berulah, kita semua harus menanggung risiko dan bebannya. Inilah rasa satu keluarga.
.
Tak boleh menerus diratapi. Harus kita perbaiki dan bangkit lagi. Harus dimulai menyusun rencana dan aksi. Kemenangan harus kita raih kembali. Kemenangan itu kalau diperusahaan adalah revenue naik dan punya untung yang besar.
.
Keniscayaannya, tidak ada kemenangan diraih dengan instan. Tidak ada.
.
Peristiwa penting masa ini, kita jadikan titik tolak kebangkitan. Itu semua dimulai dengan ‘mau’ atau tidak. Ini bukan mau yang artinya akan, tapi mau bermakna bersedia. Karena kalau kemampuan, yakinlah kita semua punya itu. Butuh waktu pastinya. Bisa tuntas cepat? Bisa banget.
.
Bagaimana? Kita mulai lagi memantapkan amanah alias integrity. Adaptasi dengan cepat. Berubah sikap. Mengubah metoda kerja. Manambah kompetensi. Memompa semangat.
.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Maha benar Allah dengan segala firmanNYA.
.
Yuk kita saling menyemangati. Memberikan ide dan krasa. Dan tentunya kerja keras, kerja cerdas, dan kerja kolaboratif.
.
Mau?
.
.
Catatan:
Pesan ini disampaikan kepada seluruh leader dan juga anggota tim masing-masing leader. Mencermati upaya perbaikan yang sedang dilakukan. Menambah semangat untuk terus menelurkan karsa, karaya dan doa.
Category: Inspirasi
Rahasia Besar Idul Fitri
Rahasia Besar di Balik Hari Raya Umat Islam
Saripati pesan-pesan Syaikh Mustafa Siba’i dalam Buku ‘Hakadza Allamatni Al Hayah’. Sebagai reminder bagi saya dan semoga bagi sahabat semua.
.
Disalin dari : Telegram Generasi Shalahuddin
.
“Bagi orang berakal, hari raya adalah kesempatan untuk taat pada Allah. Ia bisa bersilaturahim, berbagi dan menolong orang-orang. Sedangkan bagi orang bodoh, hari raya dianggapnya kesempatan untuk bermaksiat mengumbar syahwatnya. Bagi orang yang lalai, ia menganggap hari raya sebagai ajang balas dendam, sama seperti yang dipikirkan anak kecil.”
.
“Hari raya memberikan kita pelajaran sosial yang berharga: ternyata kebahagiaan masyarakat banyak lebih besar dampak positifnya daripada kebahagiaan pribadi yang tak dirasakan banyak orang. Di hari raya, rasa bahagia masuk ke hati manusia sampai pada orang-orang yang sedih, sakit dan sedang bermasalah. Hal itu terjadi karena kebahagiaan hari raya tercipta bukan dari diri pribadi tertentu, melainkan dari masyarakat. Dan kebahagiaan masyarakat ini menutup kesedihan kecil yang dirasakan sebagian orang itu.”
.
“Kalau saja orang-orang muslim bertakbir dengan hatinya sebagaimana mereka bertakbir dengan lisannya di hari raya; sungguh mereka akan mengubah wajah sejarah. Kalau saja Umat Islam menghadiri shalat jama’ah di masjid sebagaimana mereka menghadiri shalat Ied, akan hancurlah tipu daya musuh-musuh.”
.
“Berusahalah juga untuk melukis kebahagiaan di wajah anak-anak tetanggamu sebagaimana kau membahagiakan anak-anakmu sendiri di hari raya. Semua itu, agar kebahagiaan anak-anakmu pun semakin sempurna di hari kemenangan.”
.
“Kalau hari raya sudah menjadi acara seremonial semata, maka akan hilanglah rasa bahagia dari jiwa, akan tercabutlah dampak positifnya dari akar masyarakat dan jadilah hari raya hanya sebagai ajang untuk melakukan hal-hal tak berguna dan menghabiskan waktu.”
Muslim, Motor Penggerak Perubahan
Puja dan puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah azza wajalla Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Salah satu kesyukuran terbesar adalah masih diberi kesempatan merasakan kenikmatan dan keberkahan Bulan Ramadhan. Banyak orang tua, saudara, sahabat, dan orang yang kita cintai yang telah wafat mendahului kita sehingga tak mendapatkan kesempatan ini. Mari kita sisipkan doa untuk mereka.
Bapak/Ibu rekan2, sahabat semua yang dirahmati Allah. . .
Bulan ini sungguh merupakan bulan yang penuh makna.
Perubahan malam dan siang. Pergantian bulan. Dan masih banyak peristiwa tanda alam yang dihadirkan agar kita berpikir. Mengolah rasa, batin dan akal. Kita diberikan tuntunan sesuai surat Al Imron ayat 190:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (KEBESARAN ALLAH) bagi orang yang berakal”
Bulan ini kita juga melakukan banyak hal. Ibarat mesin kita melakukan overhaul. Persiapan pun dilakukan dengan cermat. Bahkan ada yang menyiapkan diri 1 bulan sebelumnya. Banyak manfaatnya. Sebuah riset yang dilakukan oleh Dokter Eric Berg DC, spesialis healthy ketosis and intermittent fasting, menyatakan bahwa puasa dapat menekan jumlah penderita kanker. Apalagi puasa penuh selama 1 bulan. Puasa yang dijalankan umat Islam adalah intermitten fasting seperti yang dikenal di dunia. Ada interval dari Subuh hingga Maghrib. Ada yang 12 jam bahkan ada yang 17 jam.
Penelitian tersebut memberikan manfaat puasa dari sisi kesehatan. Puasa menumbuhkan sel imun baru. Puasa membuat sel kanker kelaparan. Puasa meningkatkan jaringan antioksidan. Menurut penelitian beliau di Arab Saudi, dari 100.000 hanya 96 orang yang mengidap kanker. Oman dengan 104 dari 100.000 orang, Qatar 107 dari 100.000 orang, UEA 107 dari 100.000 orang, dan Kuwait 116 dari 100.000 orang. Kemudian dibandingkan dengan beberapa negara seperti Australia dengan 486 dari 100.000 orang. Irlandia yaitu dari 100.000 sekitar 347 orang mengidap kanker. Hungaria dengan 368 dari 100.000. Amerika Serikat 352 dari 100.000 orang.
Dahsyat, bukan?
Bapak/Ibu, rekan-rekan, sahabat semua . . .
Izinkan saya mencoba melihat dari sudut pandang yang berbeda. Bulan Ramadhan menjadikan kita melakukan re-set-up hidup. Kita dipaksa. Karena ini kewajiban. Kita mau karena ketaatan kita kepada Sang Khaliq. Tapi Allah SWT selalu memberikan hikmah besar di balik setiap peristiwa.
- Saat kita Sahur dan berbuka. Kita pasti menjaga dengan baik. Tertib waktu. Tak ada yang berani setelah adzan subuh tetap makan atau minum. Sebelum adzan maghrib, meski kurang beberapa detik saja, kita tunggu. Kita sangat disiplin. Amanah atas apa yang ditetapkan.
- Kegiatan membaca dan mengaji kandungan Al Quran atau kajian kelimuan yang lain, kita lakukan. Kita meningkatkan kualitas diri kita. Ada yang mulai belajar baca dan menghafal Al Qur’an. Kompetensi kita menjadi bertambah. Tak peduli kita dicap atau dibilang mendadak alim. Karena memang ini kesempatan langka.
- Dulu ada yang suka ngerumpi nggak karuan. Diskusi yang mengalir tanpa makna. Kini kita menjaganya. Lisan kita jaga. Perasaan orang lain kita jaga. Secara tidak langsung interaksi menjadi lebi harmonis.
- Kita juga patuh dan taat pada saat berpuasa. Makanan yang enak dan lezat menggiurkan pun tidak kita sentuh. Padahal itu makanan halal. Kita juga saling menjaga puasa kita dan rekan kita. Kita loyal.
- Saat Ramadhan ada yang menjadikan titik tolak utuk melakukan perubahan. Perokok berhenti megisap sigaretnya sewaktu-waktu. Bahkan tak jarang setelah Lebaran berhenti total. Banyak penyesuaian yang dilakukan. Kita sangat adaptif. Saya mendoakan bagi para perokok agar bisa berhenti.
- Pada malam hari, kita juga didorong melakukan sholat berjamaah, tarawih. Plus kegiatan lainnya seperti pengumpulan Zakat dan Infaq. Tak jarang ada kepanitiaan khusus untuk mengelolanya. Kita bahu membahu dengan warga lain. Biasanya jarang ketemu, sekarang menjadi lebih sering ketemu. Kegiatan yang sangat kolaboratif.
Secara tidak langsung kita semua para pejuang yang melaksanakan Puasa Ramadhan adalah pelaksana Tata Nilai AKHLAK. Tidak dirasa, bukan?
Sekarang saya ajak bermimpi. Mari kita renungkan. Berapa persen penduduk Indonesia yang muslim? Berapa banyak umat muslim yang melakukan kegiatan itu? Kita boleh menjawab secara kualitatif: SEBAGIAN BESAR. Ya, sebagian besar umat Islam menjalankan kewajiban ini.
Fenomena ini, pengalaman 1 bulan ini, adalah bukti bahwa kita bisa. Coba dibayangkan ketika apa yang kita lakukan merasuk dan memberi contoh kepada yang lain. Implementasinya tidak berhenti pada diri sendiri, tidak berhenti saat di masjid. Saya membayangkan perubahan besar di negeri ini bukan masalah rumit. Kita bisa. Bahkan menjadi motor penggerak perubahan itu.
Bagaimana tidak? Jika ketaatan kita tidak mencuri-curi waktu berbuka, sudah mendarah daging. Kita tidak mau melakukan itu karena bisa membatalkan puasa. Lebih jauh lagi, bahwa perbuatan itu mencerminkan ketidaktaatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka, kita tentunya akan takut mencuri barang atau mengambil hak orang lain. Kita takut mengingkari amanah.
Jika semangat menaikkan kompetensi juga diterapkan pada bisa ilmu atau pekerjaan yang digeluti, maka bukan tidak mungkin muncul generasi-generasi yang pilih tanding. Mumpuni dalam bidangnya. Selalu menjadi nara sumber dimana-mana. Pemikir dan generasi solutif terhadap permasalahan masyarakat.
Semangat bekerja sama dengan orang lain dan saling menghargai perbedaan, dihidupkan juga pada kegiatan lain. Tidak berhenti saat bulan Ramadhan usai. Tidak hilang ditelan waktu, saat pembubaran panitia dilakukan, maka bukan mustahil, banyak masalah dapat dituntaskan dengan damai dan membahagiakan.
So . . . Bapak/Ibu, sahabat saya yang saya banggakan . .
Mari kita resapi dan maknai Ramadhan ini sebagai kawah candradimukai. Tempat pelatihan yang komprehensif. Sehingga setelah Lebaran, momen dan rasa itu tetap membara dan mendarah daging. Kita lanjutkan dengan implementasi lain yang nyata. Kita teruskan hingga kita ketemu Ramadhan lagi. Kita perbaiki lagi saat Ramadhan tiba. Begitu seterusnya. Continuous Improvement. Dan itu semua, motornya adalah kita yang melaksanaan SHAUM Ramadhan. Insya Allah akan banyak perubahan positif yang terjadi. Saya sangat yakin itu. Karena perubahan itu ada di tangan kita.
Mari kita ingat janji Allah dalam surat Ar Ra’d ayat 11:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri“
Mari kita jemput janji Allah tersebut. Kita wujudkan bersama.
Semoga berkenan. Mohon maaf atas segala kekhilafan.
Wassalaam.
.
__Disampaikan pada TAKJIL (sesi berbagi Masjid Baitul Hikmah Elnusa) pada Selasa, 5 April 2022 | 3 Ramadhan 1443H.
Dirgahayu Indonesia
Negeri yang dijuluki untaian mutiara pada khatulistiwa ini memang menarik. Bak gadis, banyak yang melirik. Kilas balik sejarah menguatkan ungkapan itu. Sudah berapa negeri lain yang berkelana mencari sumber daya. Mereka pun kepincut menuju bumi nusantara ini. Bahkan perang pun rela mereka tempuh untuk mendapatkannya. Lada, pala, vanili, cengkeh, dan masih banyak lagi.
Tapi kini, entah kenapa komoditi itu lambat laun justru sekarang mulai pudar. Perlu usaha khusus untuk menghidupkannya kembali. Lahan dan iklim kita mendukung. Memang bukan pekerjaan mudah. Tapi peluang besar itu justru ada pada komoditi pertanian yang akan dan masih dibutuhkan manusia. Ada beberapa yang layak dikemukakan.
Lada atau sering disebut merica dikenal sebagai rajanya rempah-rempah atau King of Spiece. Produksi dunia masih dikuasai negara tetangga kita, Vietnam dan India. Di samping rasanya yang pedas sebagai salah satu bumbu masak, lada memiliki beberapa manfaat. Bagi kesehatan lada juga bisa digunakan sebagai zat pengeluaran keringat, pengeluaran angin, peluruhan air kencing, peningkatan nafsu makan, peningkatan aktivitas kelenjar-kelenjar pencernaan, dan ramuan obat reumatik. Lada juga dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang ramah lingkungan (pembunuh hama kapas).
Vanili, pemasok terbesar kebutuhan dunia dihasilkan oleh negeri kita dan saling berkejaran dengan produksi dari Madagaskar dan Meksiko. Vanili awalnya adalah tumbuhan dari Meksiko dan digunakan sebagai pewangi minuman coklat. Setelah itu disebarkan oleh orang Eropa. Vanili pun berkembang sebagai penambah aroma dan rasa yang kita rasakan hingga saat ini.
Pala tanaman asli dari Maluku ini juga telah berabad-abad menjadi komoditi dunia. Penghasil terbesar justru dari Guatemala. Biji pala dapat diolah menjadi minyak atsiri. Minyaknya sebagai campuran parfum atau bisa juga campuran sabun wangi. Bubuk Pala digunakan untuk penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar.
Kakao. Tanaman ini bijinya diolah menjadi cokelat, salah satu bahan utama makanan dan minuman. Penghasil terbesar masih didominasi oleh Pantai Gading dan Ghana. Siapa yang tak kenal manfaat produk olahannya ini.
Dan masih banyak komoditi pertanian yang mendunia dan bisa dikembangkan di Indonesia. Kalau dulu kita diincar dan dikuras habis oleh dan untuk kepentingan bangsa lain, itu artinya kita memang punya dan kaya. Seharusnya kita bisa menghasilkannya lagi. Jelas bedanya kali ini, dikelola dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Petani diberikan edukasi. Lahan dibuat lebih produktif. Bibit juga dibudidayakan dengan teknologi agar lebih unggul dan produktif.
Pemerintah memberikan arahan, koordinasi, dan juga pasar yang dikawal ketat. Pemanfaatan lahan bisa seimbang. Ekosistem terjaga, namun ekonomi terus meningkat. Ada intensifikas, ada pula ekstensifikasi. Atau apa pun namanya. Agroindustri bisa menjadi penopang sebuah negeri. Dejavu.
Kita tak kekurangan orang pintar sekaligus inovator. Pusat penelitian dan laboratorium tersebar di seantero negeri. Kalau zaman dulu saja bisa, sekarang harusnya jauh lebih bisa. Teknologi semakin canggih. Sejarah itu bisa kita ulang. Bukan sekedar siaran ulang. Kita ulang dengan tambahan sentuhan teknologi. Kita hadirkan kembali sebagai pelecut semangat dan legacy bagi generasi mendatang. Negeri gemah ripah loh jinawi, bukan impian. Jangan pernah lelah mencintai dan berkarya untuk negeri yang kita cintai ini.
Indonesia tangguh. Indonesia tumbuh.
Dirgahayu Indonesia.
Organisasi yang Sehat
Organisasi yang Sehat
Kata organisasi tentunya sudah tidak asing di telinga kita. Secara tidak langsung sudah dikenalkan sejak SD atau SMP. Ada Pramuka, PMR, Organisasi Siswa Intra Sekolah. Atau bisa jadi, ada juga yang kenal nama lebih awal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
organisasi/or·ga·ni·sa·si/ n 1 kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu; 2 kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama;
Dari definisi tersebut organisasi bisa beragam dari sosial, keagamaan, politik bahkan pemerintah. Perusahaan pun sejatinya adalah sebuah organisasi. Tak jarang kita temui organisasi yang namanya melambung, kemudian surut bahkan tak beraktivitas lagi. Loyo akhirnya mati suri. Ada juga yang baru muncul langsung melejit. Beberapa bahkan sudah ada sejak zaman awal kemerdekaan negeri ini, hingga kini masih eksis. Sehat bahkan sangat kuat.
Timbul keingintahuan, bagaimana organisasi bisa sehat? Beberapa tokoh memberikan hasil kajiannya. Izinkan dalam kesempatan ini dikemukan 3 syarat utama agar organisasi tetap sehat bahkan kokoh tak tertandingi.
Orientasi
Setiap organisasi harus mempunyai prinsip atau asas. Apa sih asas atau prinsip itu? Kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak. Asas harus ditetapkan. Setelah asasnya mantap, maka pedoman sebagai arah kemana tujuan organisasi harus juga dirancang. Ini setidaknya ada ketentuan-ketentuan dasar, bagaimana kita harus mencapai tujuan. Tak kalah pentingnya adalah tujuan organisasi itu dibentuk. Apa maksud sebuah organisasi dibentuk.
Tiga hal kunci ini: prinsip, pedoman dan tujuan, diramu dijadikan satu menjadi satu kata: orientasi. Orientasi mantap, salah satu syarat sehat dapat dipenuhi.
Organisasi berupa negara bisa diambil contoh adalah orientasi negara yang kita cintai ini. Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Jika perusahaan biasanya ada pada visi misinya perusahaan.
Loyalitas
Loyalitas atau dalam sebutan lain adalah kepatuhan, kesetiaan. Kesetiaan tentunya kepada pemimpin atau leader. Tentu saja pemimpin ini masih bersyarat. Sebagai orang yang beriman, maka pemimpin yang patut mendapatkan kesetiaan adalah yang taat kepada Tuhan Yang Mahaesa dan juga taat kepada nabi pembawa tuntunan Tuhan Sang Maha Pencipta kepada hambaNYA. Termasuk terhadap nilai-nilai yang diyakininya. Biasanya dalam organisasi, loyalitas diawali dengan adanya sumpah anggotanya. Semacam pakta atau janji.
Aksi atau Kegiatan
Aksi atau kegiatan juga menjadikan organisasi sehat. Layaknya tubuh manusia, kalau diam saja alias mager, bisa jadi malah tidak sehat. Harus banyak bergerak. Begitu juga organisasi. Dalam melakukan aksi dilandasi dengan rasa dan jiwa pengorbanan. Baik waktu, pikiran, tenaga, bahkan materi. Jam e rusak, kesak e jeru (Jamnya rusak artinya tak kenal waktu. Kantongnya dalam artinya harus rela mengeluarkan dana jauh lebih banyak).
Perlu juga adanya kesungguhan dalam beramal. Kalau sudah yakin, maka upaya harus total. Berusaha sekuat tenaga, sepenuh hati dan sepenuh minat dalam melaksanakan kegiatan hingga tuntas. Meski kadang hanya segelintir yang mengikuti kita. Bahkan sendirian sekali pun.
Setelah itu semua apakah cukup? Belum. Masih ada satu lagi, konsisten atau taat asas. Sedikit tapi terus menerus jauh lebih punya manfaat dan daya gedor, daripada banyak tapi sesekali. Lebih hebat lagi kalau banyak dan juga konsisten. Itu ideal banget. Apalagi jika amal kebaikan, kegiatan positif dilakukan secara bersama-sama dan dikoordinasikan lebih rapi. Bakal dahsyat hasilnya.
Ehm . . setelah kita paham 3 syarat menjadikan organisasi yang sehat. Yuk, kita lakukan penilaian mandiri, organisasi yang kita ikuti atau kita berada di dalamnya seperti apa? Sebagai anggota sebuah organisasi, kita sebagai anggota sudah seperti apa? Apa yang masih perlu ditingkatkan? Bagaimana sikap kita? Diam atau bergerak melakukan perbaikan?
Itu semua berpulang kepada kita. Jika mau sehat dan tetap kokoh berdiri bahkan menyebarkan kebaikan ke seantero negeri, bukan hal yang tabu memulai perubahan.
Surat Cinta
Malam ini mendapat surat cinta dari Coach Dr. Fahmi. Pesan beliau jelas dan bernas.
.
.
10 PROTOKOL PENDAMPINGAN BISNIS:
BUSINESS COACHING DAN MENTORING BISNIS
5 Aturan Umum
A. Jangan menyedot darah UMKM yang tinggal sedikit. Tapi alirkan darah UMKM agar mampu bertumbuh.
B. Pendampingan bisnis adalah kegiatan profesional dan dilakukan oleh tenaga profesional untuk membantu UMKM bertumbuh berkelanjutan.
C. Jangan mencari-cari klien dengan penawaran proposal berlebihan (hard proposal).
Jangan menciptakan ketergantungan berlebihan. Jangan memperalat klien untuk alat promosi berlebihan.
D. Kelas grounded bukan untuk mencari dan membidik klien. Boleh menemukan klien dalam lingkungan grounded.
E. 10 Protokol Pendampingan:
1. Asas dan prinsip dasar pendampingan bisnis bagi UMKM adalah ASAS MENOLONG. Pendampingan bisnis wajib mengutamakan asas menolong bukan membebani secara berlebihan. Berlebihan jika tdk proporsional dengan hasilnya.
2. Pendampingan bisnis hanya bisa dilakukan setelah beberapa dokumen berikut ditandatangani secara sah dan meyakinkan:
– MOU dan perjanjian
– TOR (term of reference)
– Kerangka Kerja Operasional
– Batas waktu
– Biaya tetap
– Objective and key result
– Honor dan jasa per tindakan dan hasil.
3. Pendampingan bisnis hanya boleh dilakukan oleh tenaga profesional dengan syarat:
– Berdasarkan modul acuan yang jelas
– Dengan RoadMap yang disetujui
– Proses dan Hasil bisa dilacak dan dievaluasi.
4. Coach dan Mentor pendamping wajib melayani secara seksama bukan menguras biaya operasional yang berlebihan. Meminta fasilitas yang wajar dan sdh disetujui dalam bagian perjanjian.
5. Proses pendampingan mengikuti pola yang sdh ditetapkan dengan fokus pada panduan 9 pilar bisnis dan 9 pilar leadership dengan 10 hasil statistik terukur.
6. Coachee dan Mentee dapat menperoleh layanan ekstra tanpa berbayar jika proses pendampingan belum menampakkan hasil nyata before after yang signifikan.
7. Coachee dan Mentee wajib disiplin menjalankan tindakan eksekusi dan tagih hasil brutal tanpa kompromi.
8. Caoch dan Mentor wajib menjaga komitmen layanan dan kualitas pendampingan yang berorientasi pada 10 hasil akhir yang terukur.
9. Semua bentuk jasa pendampingan bisnis wajib menghasilkan secara nyata 10 statistik terukur:
– peningkatan kinerja manajemen 1)
– pertumbuhan omzet dan asset 2)
– peningkatan produktifitas 3)
– menurunkan biaya 4)
– meningkatkan disiplin kerja 5)
– membangun budaya kerja unggul 6)
– meningkatkan daya saing 7)
– memperluas pasar 8)
– mempercepat pertumbuhan 9)
– meningkatkan skala bisnis 10).
10. Proses pendampingan dilakukan secara santun dan tdk melanggar etika. Menjaga martabat wanita dan menjaga kehormatan relasi antar manusia.
Malang 12 Juni 2021
Terima kasih
Coach Dr. Fahmi
Memerdekakan Pendidikan
Memerdekakan Pendidikan
Oleh : KH. Imam Zarkasyi *)
.
Pendidikan nasional kita sudah seharusnya memasukkan pendidikan jiwa merdeka, mewujudkan kepribadian sebagai warga negara yang sudah merdeka. Pendidikan ini merupakan kebalikan dari jiwa pendidikan kolonial yang hanya menyiapkan peserta didik menjadi pegawai.
.
Cita-cita anak didik yang hanya ingin menjadi pegawai, membuat mereka tak mampu membuka mata, untuk melihat apa yang harus dikerjakan, dan harus dipikirkan. Selain sekedar menjadi pegawai. Kita sudah lama merdeka. Seharusnya sudah ada perubahan. Bahkan pembaharuan dalam jiwa pendidikan.
.
Ada beberapa kerusakan mental dari pendidikan kolonial.
- Orang yang sudah bersekolah tak mau bekerja kalau tidak menjadi pegawai. Mata hatinya pun tertutup dan pikirannya buntu. Tidak melihat dan mengerti pekerjaan maupun usaha yang masih amat banyak dan sangat bermanfaat dikerjakan.
- Anak atau pemuda yang tidak diangkat atau tidak mendapat tempat dalam kepegawaian, akan kecewa dan frustasi. Yang lebih berbahaya jika kekecewaan ini menggerakkan mereka melakukan hal-hal yang merusak dan merugikan. Seperti menjadi pencopet, penggedor, penipu, atau menuntut-nuntut, dan lain-lain.
- Apabila mereka sudah diangkat menjadi pegawai dan sudah meraih cita-citanya itu, mereka pun mati. Tidak berbuat apa-apa jika tidak diperintah atasannya. Tidak melihat hal-hal yang masih dapat dikerjakan dan diusahakan untuk kepentingan pribadi, masyarakat, dan negara.
- Lemahnya perekonomian bumiputera. Karena anak-anak pribumi yang bersekolah hanya bercita-cita menjadi pegawai, tidak berpikir dan tidak mengetahui usaha-usaha perekonomian kecil dan menengah yang masih dapat dikerjakan, akhirnya perekonomian dan perdagangan kecil dan menengah dalam negeri pun sekarang ini masih dipegang orang-orang non pribumi yang tidak bersekolah. Apa sebabnya? Karena mereka tidak mungkin dan tidak ingin menjadi pegawai.
.
Ada sedikit kalangan orang bumiputera yang tidak sekolah, lalu berhasil memegang peranan dalam ekonomi. Kemudian mereka mulai menyekolahkan anaknya agar usahanya dapat meningkat. Tetapi ternyata, sesudah anak itu lulus sekolah, sangat sedikit atau bahkan tak ada yang mau meneruskan usaha orang tuanya. Mereka lebih senang menjadi pegawai, karena banyak menganggap bahwa menjadi pegawai kedudukannya lebih terhormat, dan penghidupan akan lebih terjamin.
.
Bagaimana memberantasnya? Yang jelas, caranya dengan menanamkan pendidikan nasional yang jiwa bebas merdeka, memiliki keyakinan hidup, berkepribadian, berakhlak, dan berTuhan. Sejak pendidikan di lingkungan rumah tangga, taman kanak-kanak, hingga perguruan tinggi. Ada istilah wiraswasta. Istilah ini sering hanya diartikan sebagai pengusaha swasta yang sukses. Padahal sebenarnya yang harus diambil adalah jiwa kewiraswastaannya. Dalam kata-kata ini terkandung maksud kebebasan, kepribadian, dan keyakinan hidup.
.
Jiwa kewiraswastaan yang berdasarkan Pancasila dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), harus ditanamkan sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Andaikata sesudah itu mereka menjadi pegawai, in sya Allah mereka akan menjadi pegawai yang baik, yang dapat hidup tak sebagai alat yang mati.
.
.
*) KH. Imam Zarkasyi adalah salah satu pendiri Pondok Modern Darusalam Gontor, Ponorogo, bersama KH. Ahamd Sahal dan KH Zainuddin Fananie. Lebih dikenal dengan Trimurti. Wafat di Madiun pada 30 April 1985 dalam usia 75 tahun.
Buah pena beliau ini dimuat di Majalah Gontor, Edisi 9 Tahun XVIII, Januari 2021.