Hebatnya Keikhlasan

“Hebatnya Keikhlasan”

Oleh : Hibatullah Ramadhana *)

Sore menjelang petang, kami berdelapan diamanahi oleh kampus untuk mengabdikan diri di sebuah taman pendidikan Al-Qur`an binaan kampus. Tempat itu bernama TPA-Al-Ikhlas. Jarak antara kampus kami dengan TPA Al-Ikhlas sekitar 7 Km. Setelah sesi perkenalan, kami sepakat bahwasannya kegiatan belajar menagajar di TPA tersebut akan dilaksanakan pada Kamis hingga Ahad setiap pekan.

Pasti kalian bertanya-tanya, mengapa kami yang berstatus mahasiswa disibukkan dengan kegiatan ajar mengajar di TPA. Kurang kerjaan kah? Bukankah sudah seabreg tugas dan lain-lain. Yap, betul. Kami kami mencari bekal untuk masa depan dari pagi hingga siang. Kami upayakan semua tugas untuk diri sendiri tuntas. Itulah salah satu keunikan dari kampus kami, Universitas Darussalam Gontor, karena kampus ini mempunyai sistem kepesantrenan. Sekaligus mewujudkan cita-cita Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor untuk turut bertanggung jawab memajukan ummat Islam dalan mencari ridha Allah. Itulah sore harinya manfaatkn untuk orang lain. Kami berganti tugas menjadi pengajar di Taman Pendidikan Al-Qur`an.

Hari yang ditunggu pun tiba. Kamis sore waktunya kami mengajar di taman Pendidikan Al-Qur`an. Karena jarak yang cukup jauh, Sebagian dari kami ada yang mengendarai sepeda dan juga mengendarai motor. Uniknya, ada yang tidak kebagian motor atau sepeda. Tapi, kerena panggilan tugas dan sangat bersemangat berkontribusi untuk mengajar ia pun memutuskan berjalan kaki.

Apa tidak melelahkan? Sangat melelahkan. Tapi lelah itu seakan hilang ketika melihat senyuman dan antusias anak-anak untuk belajar

Bukan kebetulan, nama TPA itu  “Al-Ikhlas” yang menjadi inspirasi dan semangat kami. Kami tidak meminta untuk dibayar sepeser pun. Tujuan kami disini untuk mengajarkan apa yang telah kami dapat dari ilmu dan pendidikan yang telah kami tempuh. Karena ilmu yang tidak diamalkan layaknya pohon yang tidak berbuah.

Anak-anak yang ada di tempat kami mengajar kurang lebih berjumlah 35 anak, mulai dari TK hingga jenjang SMP. Bermacam-macam watak, juga karakter, itulah yang membuat tempat ini sangat kami rindukan.

Apakah bisa bekerja tanpa mengharapkan imbalan? Bisa, kami sebagai umat muslim percaya, sumber kebahagiaan yang kami dapatkan bukan hanya berdasarkan pada berapa banyak uang yang kami miliki, karena memang itulah prinsip kebahagiaan menurut ajaran agama islam.

Kebahagiaan kami cukup dengan melihat anak-anak yang kami ajarkan bisa mengaji membaca Kita Suci Al Qur’an dengan baik dan benar. Mereka lebih memahami ajaran-ajaran agama Islam. Tentunya mereka tumbuh dengan   Al-Akhlaq-ul-Karimah. Dan mungkin dari tempat ini dan dari anak-anak ini, menjadi jalan kami menuju surganya Allah SWT.

Kami yakin bahwasannya setiap anak di seluruh pelosok negeri berhak mendapatkan ilmu dan Pendidikan. Mungkin, dengan cara ini kita bisa bersama-bersama membangun bangsa dan negara yang lebih maju.

*) Hibatullah Ramadhana atau lebih dikenal dengan Ibat. Ia adalah mahasiswa Semester I, Prodi Manajemen Bisnis, FEB Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo.

Sampah vs Akhlak

Sampah vs Akhlak

Oleh: Hibatullah Ramadhana *)

 

Teriknya matahari di Kota Surabaya mulai terasa, menandakan telah usainya acara yang kami ikuti. Saya dan 12 orang teman lainnya memutuskan untuk Sholat Dzuhur dan istirahat sejenak. Pelatihan 3 hari yang melelahkan, namun sangat bermanfaat. Kami sepakat melepas penat sekaligus kembali ke kampus. Kami pun memutuskan menuju pantai selatan yang jadi buah bibir selama ini. Pantai itu bernama Pantai Mutiara terletak di Kabupaten Trenggalek.

Perjalanan dari Surabaya ke Trenggalek berjarak sekitar 200 Km. Kami menempuh pejalanan via Tol Trans Jawa dan keluar/exit di Kediri. Perjalanan melewati jalan biasa sangat berbeda di bandingkan melalui jalan tol. Kami juga melewati jalur lintas selatan (JLS) yang sesuai pemberitaan, sangat indah. Kami sampai di lokasi pada malam hari.

Kondisi sudah larut malam, tidak menyurutkan kami untuk menikmati indahnya alam. Kami bermalam di sebuah gazebo yang ada di tepi pantai. Tidur beralaskan karpet sederhana, cukup untuk meluruskan badan dan kaki. Keesokan paginya, kami disambut suara kokok ayam dan deburan ombak yang menyentuh bebatuan. Udara segar di pagi hari, pemandangan pantai disertai arunika yang tak kalah indahnya. Laut tampak biru dengan ombak khas Pantai Selatan. Semua itu karunia tersendiri sekaligus obat penat yang kami alami.

Karunia? Ya, betul. Pagi itu membuat kami sadar akan betapa besarnya kuasa Allah Tuhan semesta alam. Sang Khalik  telah menciptakan keindahan alam ini, agar kami banyak bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Karunia yang lain masih ada. Saat itu Hari Ahad, hari libur, yang terlihat banyak orang yang menghabiskan waktunya di pantai bersama orang yang mereka cintai. Mereka juga menikmati makanan dan fasilitas yang ada di pantai. Sama seperti kami. Kami yang hadir juga membawa manfaat ekonomi bagi warga sekitar.

Namun, setelah kami berjalan beberapa langkah ke bibir pantai, ada pemandangan yang tak elok. Hal ini terlihat dari kondisi pantai yang sangat indah, ternodai oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Mereka kurang sadar akan kelestarian alam. Banyak sampah berserakan. Belum lagi, terlihat tidak sedikit dari mereka yang membuang sampah sembarangan. Tak heran jika sampah ada di beberapa sudut pantai. Padahal ada tempat sampah yang disediakan.  Tak ayal membuat kondisi pantai menjadi kotor dan kurang nyaman.

Perilaku ini bisa jadi adanya mindset yang timbul pada masing-masing individu yang berpikiran:

“Ah, saya kan hanya membuang satu botol atau satu bungkus makanan. Cuma sedikit, kok.”

Padahal justru pemikiran itu yang harus dihapus. Bayangkan jika pemikiran dan perilaku itu, serupa dimiliki oleh pribadi atau individu yang lain. Jika satu orang punya pemikiran seperti itu memang, menurut dia, dia hanya membuang satu sampah. Namun apabila yang ada di pantai tersebut berjumlah ribuan orang dan mempunyai mindset  yang sama, sebanyak itu pula sampah yang mereka buang sembarangan. Tak heran, jika kondisi pantai nampak kotor. Ada sampah bekas botol minuman. Bekas bungkus makanan.

Tentunya sebagai manusia, harus punya akhlak terhadap alam. Apa itu akhlak terhadap alam? Membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Jika tidak ada tempat sampah, maka dikantongi dulu. Tidak merusak pepohonan. Menghindari membuang hajat sembarangan. Tidak membawa pasir atau terumbu karang sembarangan. Hal-hal tersebut adalah upaya menjaga menjaga dan melestarikan keindahan alam. Alam juga ciptaan Allah SWT.

Bagaimana menghadapi pantai yang kotor dihadapan kita? Tentunya yang paling utama adalah kita yang berakhlak mulia tidak lagi menambah atau membuang sampah. Sampah di depan kita dipungut dan dikumpulkan, sebisa mungkin.

Semoga sampah yang ada di pantai atau di sekitar kita bisa menjadikan cerminan akhlak kita. Mari kita basmi sampah dengan memulai untuk tidak menyampah sembarangan. Kita bersihkan sampah. Kita lestarikan alam. Kita tunjukkan bahwa kita memang bangsa yang berakhlak mulia.

 

*) Hibatullah Ramadhana atau lebih dikenal dengan Ibat. Ia adalah mahasiswa Semester I, Prodi Manajemen Bisnis, FEB Universitas Darussalam, Gontor, Ponorogo.

Warnailah tapi Jangan Sampai Terwarnai

Warnailah Tapi Jangan Sampai Terwarnai

Oleh : Hibatullah Ramadhana *)

 

Pada dasarnya manusia dilahirkan di muka bumi dengan kondisi yang suci. Sesuai pada fitrahnya. Tidak ada manusia yang dilahirkan dengan kondisi jahat. Baik atau buruknya seseorang, tergantung pada perilaku orang tersebut dalam menjalani hidupnya. Namun perilaku seseorang tidak lepas dari pengaruh lingkungan di sekitarnya seperti, teman, tetangga, atau bahkan keluarganya sendiri.

Peran lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada pembentukan karakter pada seseorang, Terutama pada anak-anak. Di zaman sekarang banyak anak-anak muda yang terpengaruh oleh buruknya lingkungan yang ada di sekitarnya. Tidak sedikit dari anak sebaya kita yang sudah mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, atau bahkan, maaf, hamil sebelum nikah.

Generasi penerus bangsa sudah seharusnya sadar akan fenomena yang ada ini. Sehingga nantinya kita tidak terpengaruh oleh pengaruh negatif yang ada disekitar kita.

Cara yang bisa kita lakukan agar terhindar dari hal-hal negatif tersebut adalah berpegang teguh pada nilai hidup sesuai dengan norma agama. Sesuai fitrah manusia. Dan yang lebih penting lagi, tidak mudah terpengaruh oleh kuatnya gengsi, memenuhi gaya hidup. Gengsi itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kehormatan, pengaruh, harga diri, dan juga martabat. Gengsi adalah salah satu sifat buruk manusia. Adanya rasa gengsi dapat menyebabkan seseorang untuk bertindak ataupun bersikap mudah mengikuti apa yang biasa terjadi. Bahkan jika itu hal yang negatif menurut nilai dan prinsip hidup. Takut ketinggalan zaman.

Parahnya, saat ini beberapa kejadian negatif di kalangan anak muda, banyak dipengaruhi oleh gengsi ini. Contoh kecil, meski ini sebenarnya bukan hal sepele, kebiasaan merokok. Banyak anak muda karena gengsinya yang tinggi, rekan sepergaulannya merokok, akhirnya ia ikut merokok. Ia takut disingkirkan. Harga dirinya bisa terganggu. Sehingga merokok menjadi suatu hal yang lumrah di kalangan anak muda di zaman sekarang. Bahkan kaum hawa pun ada yang melakukannya. Mereka tidak lagi memperhatikan pengaruhnya pada kesehatan dan lingkungan sekitar.

Uniknya, sebagian besar anak muda itu membeli rokok dari uang jajannya. Uang kiriman atau pemberian orang tua. Uang yang mereka miliki itu sebenarnya adalah hasil dari jerih payah orang tuanya. Banting tulang siang malam demi keluarga. Demi sekolah anakanya. Uang yang sengaja diberikan dengan harapan dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk menunjang pendidikan yang sedang dijalani. Bekal masa depan. Tapi nyatanya dipakai untuk beli rokok dan merokok. Padahal sudah banyak yang akhirnya kesehatannya terganggu. Uang yang dikeluarkan lebih banyak. Kesehatan yang terganggu bisa menghambat waktu studi. Apalagi jika sampai masuk rumah sakit.

Bagaimana mengatasinya?

Bergaul boleh dan harus. Karena itu salah satu fitrah manusia. Tidak bisa hidup sendiri. Hidup berkelompok dan bersosialisasi. Tapi, tetap harus dipilah. Jika punya value dan prinsip hidup sehat, maka kita bisa tetap bergabung tapi konsisten. Tidak ikut merokok. Kita bisa mengajak mereka hidup sehat, misalnya olah raga bareng. Bisa dimulai yang paling murah. Jalan bareng. Lari atau jogging. Buat alat sederhana untuk nge-gym. Buat barbell dari coran semen. Pull up di dahan pohon. Masih banyak lagi.  Kita yang punya prinsip tak jemu mengajak dan memberi contoh hidup sehat, bukan malah larut mengikuti gaya hidup merokok.

Kalau kita dicibir bahkan dijauhi karena dianggap tidak sejalan karena tidak mau merokok, maka sudah saatnya kita mencari kelompok yang lain. Tak perlu gengsi untuk keluar dari circle tersebut. Kita bisa membuat kumpulan sendiri atau bergabung dengan kelompok yang bisa menerima kehadiran kita.

Karena jika kita semua larut pada hal-hal yang tren tapi negatif, apa jadinya negeri yang kita cintai ini. Kita tentu ingin Indonesia menjadi negeri yang tambah baik dan disegani di dunia.

Izinkan saya memberi pesan kepada diri sendiri dan juga untuk rekan-rekan sesama generasi muda penerus bangsa:

“Warnailah dunia ini tapi jangan sampai kalian terwarnai. Dunia hanya sesaat. Sedikit warna tapi memberi makna”

 

*) Hibatullah Ramadhana atau lebih dikenal dengan Ibat. Ia adalah mahasiswa Semester I, Prodi Manajemen Bisnis, FEM Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo.

Menjadikan Ekonomi Islam Lebih Dikenal

Menjadikan Ekonomi Islam Lebih Dikenal

Oleh : Hibatullah Ramadhana *)

 

Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) dan Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) merupakan organisasi yang memfasilitasi sekelompok orang yang cinta terhadap Ekonomi Islam. FoSSEI bertanggung jawab untuk mengawasi berjalannya segala kegiatan yang ada pada KSEI di setiap kampus yang ada di Indonesia.

FoSSEI mempunyai beberapa program untuk mencetak kader-kader pemimpin di masa yang akan datang. FoSSEI juga merupakan upaya agar Ekonomi Islam lebih dikenal. Kegiatan tersebut antara lain, Diklat Ekonomi Islam (DEI), FoSSEI Development Training (FDT), FoSSEI Leadership Camp (FLC). Pelatihan ini dilakukan secara berurutan, mulai dari Diklat Ekonomi Islam (DEI) hingga FoSSEI Leadership Camp (FLC).

Pada tahun ini, FoSSEI Development Training daerah komisariat Jawa Timur diselenggarakan di Pondok Pesantren Al-Ikhlas, Pasuruan, Jawa Timur. Diselenggarakan selama 3 hari mulai dari tanggal 5-7 Juli 2024. Diikuti oleh beragam kampus yang ada di Jawa Timur.

Alhamdulillah pada tahun ini saya bisa mengikuti pelatihan tersebut bersama dengan 14 teman se-kampus. Kami berangkat dari Ponorogo menggunakan mobil mini bus. Mobil ini kami pinjam selama 4 hari. Perjalanan 250 Km itu, kami tempuh selama hampir 4 jam. Melelahkan memang, tapi seakan terhapus dengan semangat untuk menimba ilmu.

Selama 3 hari pelatihan, kami di tempa untuk menjadi pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, dan adil. Pemateri-pematerinya juga berpengalaman. Materi pelatihan dikemas dengan menarik sehingga mudah untuk dipahami. Materi-materi yang disuguhkan sesuai dengan apa yang sedang kita hadapi pada zaman yang serba modern ini. Pelatihan itu dikemas dengan tema “Pengembangan Ekosistem Startup FinTech Syariah dalam Mendukung Inovasi Keuangan Inklusif.”

Sesuai dengan trilogi dari FoSSEI yaitu ukhuwah, dakwah, dan ilmiah, kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Hal ini punya tujuan agar kami bisa menjalin ukhuwah antar sesama peserta dari berbagai kampus. Sehingga tidak ada perbedaan antar peserta walaupun datang dari daerah yang berbeda-beda. Berbagi ilmu bersama, saling tukar menukar pikiran, berbagi pengalaman, dan membangun kekompakan itulah tujuan dari pengelompokan ini.

Satu hal yang menancap di benak saya adalah kalimat bermakna dari salah satu pemateri.

“Orang yang berpendidikan tidak akan pernah menilai baik atau buruknya seseorang, tapi orang yang berpendidikan akan mengajak orang kepada kebaikan.”

Kutipan ini sesuai pada apa yang diajarkan Islam kepada umatnya yaitu al-amru bil ma`ruf wa nahyu `anil munkar. Sebuah kesyukuran, saya bisa menjadi bagian dari pelatihan ini. Semoga dapat dicatat sebagai salah satu upaya agar Ekonomi Islam lebih dikenal dan memasyarakat.

 

*) Hibatullah Ramadhana atau lebih dikenal dengan Ibat. Ia adalah mahasiswa Semester I, Prodi Manajemen, FEM Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo.

 

 

Do You Want to Crush It as A Leader?

Do you want to crush it as a leader?
by Kristyna Zapletal
.
These 7 habits will take you from average to exceptional.
.
#1 Keep learning like your life depends on it, every single day.
#2 Give back to your community, like it is your second job
#3 Go Hard or Go Home aim for excellence, in everything you do
#4 Tough Challenges Build Character, embrace them like a warrior
#5 Share your Expertise with others. Don’t be stingy
#6 Listen Up Buttercup!  give others your undivided attention
#7 Take Responsibility for Both the good and the bad. Own it like a boss
.
Apakah Anda ingin gagal sebagai seorang pemimpin?
Tentu tidak, bukan?
Tujuh kebiasaan ini akan membawa anda dari pribadi biasa menjadi luar biasa.
.
# 1 Terus belajar. Hidup anda bergantung pada kemauan anda belajar, setiap hari.
# 2 Berbagi dan kembali kepada komunitas anda. Jadikan itu pekerjaan kedua anda.
# 3 Berjuang lebih keras atau tidak sama sekali. Untuk tujuan terbaik dalam segala hal yang anda lakukan.
#4 Tantangan berat membangun karakter, rangkul mereka seperti seorang pejuang.
# 5 Bagikan keahlian anda dengan orang lain. Jangan pelit.
# 6 Dengarkan!  Beri orang lain perhatian penuh.
# 7 Mengambil tanggung jawab atas kebaikan dan keburukan, sebagai sikap seorang atasan.
.
Diterjemahkan oleh : Rina Wirastuti, BoD Support PT. Elnusa Fabrikasi Konstruksi

Perubahan Kecil, Berdampak Besar

Perubahan Kecil, Berdampak Besar
By Capt. Mike Abrashoff, Mantan Komandan Kapal Perang USS Benfold
.
I did something that had never been done before in the history of the navy.
.
I interviewed every sailor on the ship, INDIVIDUALLY. All of 310 of them, but in these interviews, I said to my sailors, I don’t care what your age is, I don’t care what your rank, I don’t care how long you have been here. You can come to work every day, and you can CHALLENGE every aspect of our operation and if you have an idea how to improve a process 1%, I want to hear from YOU.

I said to them, we can not change the rest of the navy, it is 320.000 people. but you know what we can do? we can make our own little piece of it. the BEST and the SAFEST that we possibly can and if we were 1% BETTER today than we were yesterday and 1% BETTER tomorrow than we are today NOBODY’S going to touch us. And what happened they started taking OWNERSHIP of the ship.

They started working together BETTER as a team and morale improved and they started collaborating BETTER.

And in 15 months, the same crew that was performing near the bottom was awarded the SPOKANE TROPHY which was an award started in1908 by President Theodore Roosevelt and given annually to the BEST ship in the Pacific Fleet. And in years three and four after that USS Benfold won the award for BEST ship in the ENTIRE US Navy.

And its because what we instilled was something that we weren’t VICTIMS but instead we were going to be intellectually curious and do whatever we can to put ourselves in a position to control our own DESTINY.
.
_____
Saya melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam sejarah Angkatan Laut.

Saya mewawancarai setiap pelaut di kapal, SECARA INDIVIDU Sebanyak 310 orang. Tetapi dalam wawancara ini, saya berkata kepada seorang pelaut, saya tidak peduli berapa usianya, saya tidak peduli pangkatnya, saya tidak peduli sudah berapa lama dia disini. Anda dapat datang bekerja setiap hari, dan anda dapat MENANTANG setiap aspek operasi kami dan jika anda memiliki ide bagaimana meningkatkan proses 1%, saya ingin mendengarnya dari ANDA.
.
Saya berkata kepada mereka, kita tidak bisa mengubah semua angkatan laut sebanyak 320.000 orang, tapi kamu tahu apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa membuat bagian kecil kita sendiri yang TERBAIK dan yang TERAMAN yang kita bisa, dan jika kita 1% bisa LEBIH BAIK hari ini dari pada kemarin, dan 1% LEBIH BAIK besok dari pada hari ini, pasti TIDAK ADA yang akan menyentuh kita. Dan apa yang terjadi, mereka mulai mengambil KENDALI atas kapal.
.
Mereka mulai bekerja sama LEBIH BAIK sebagai tim, dengan semangat yang meningkat dan mereka mulai bekerja sama LEBIH BAIK.
.
Dalam waktu 15 bulan, kru yang sama yang sedang melakukan kinerja di dekat dasar dianugerahi TROFI SPOKANE yang merupakan penghargaan yang dimulai pada tahun 1908 oleh presiden Theodore Roosevelt penghargaan itu diberikan setiap tahun kepada kapal TERBAIK di Armada Pasifik, dan dalam tiga – empat tahun setelah itu, USS Benfold memenangkan penghargaan untuk KAPAL TERBAIK di seluruh Angkatan Laut AS.

Hal itu bisa terjadi karena apa yang kami tanamkan adalah sesuatu pemahaman berfikir bahwa mereka bukanlah KORBAN tetapi sebaliknya kami menanamkan rasa keingintahuan secara intelektual dan melakukan apa pun yang kami bisa untuk menempatkan diri kami dalam posisi untuk mengendalikan TUJUAN kami sendiri.
..
Alih bahasa oleh : Rina Wirastuti, BoD Support of PT. Elnusa Fabrikasi Konstruksi

Four Disciplines of Execution

The 4 Disciplines of Execution  (4DX)
by: Chris McChesney, Sean Covey, dan Jim Huling
.

Kajian tersebut mengungkapkan betapa whirlwind (pusaran angin) yang sebenarnya adalah hal-hal yang mendesak, membuat kita luar biasa terganggu konsentrasinya untuk menyelesaikan hal-hal yang sifatnya lebih penting. Begitu banyak perencanaan hebat yang kita lakukan, awalnya terlaksana baik, namun pada akhirnya layu dan sirna karena semua orang yang terlibat harus menangani hal-hal lain yang kelihatannya lebih penting dan mendesak.
.
Benar sekali sih, kalau kita mengabaikan hal-hal yang mendesak, tentu kita akan mengalami banyak masalah sekarang. Namun jika sebaliknya kita mengabaikan yang penting, maka kita akan menjumpai masalah di kemudian hari.
.
Jika kita hanya mengurusi whirlwind saja, maka kita tidak akan maju sejengkal pun, walau sebesar apapun energi yang kita curahkan di sana. Kita harus fokus melaksanakan tugas untuk mencapai goal yang paling penting di tengah dahsyatnya pusaran angin!

Secara sederhana, konsep 4DX ini didasarkan pada prinsip focus, leverage, engagement, dan accountability, terlihat dari 4 prinsip berikut:
1. Focus on the Wildly Important (max 2 target).
2. Act on the Lead Measures
3. Keep a Compelling Scorecard
4. Create a Cadence (irama) of Accountability
.
Pertama:
Fokus. Ini hal yang mudah dan sederhana, tetapi tak ada perusahaan yang melakukannya. Kebanyakan perusahaan memiliki banyak target, 15 target misalnya. Atau, target selalu berubah. Hal pertama yang kami ajarkan adalah menetapkan hanya satu atau dua target dan membuatnya sangat jelas yang bisa dibuat formulanya.

Kedua:
Act on the lead measures. Misalnya, jika ingin melakukan diet, lag measure-nya adalah kegemukan yang akan dikurangi dan lead measures-nya adalah pola makan dan olah raga. Dalam bisnis, kebanyakan perusahaan justru fokus pada lag measures.
.
Ketiga:
Keep a compelling scoreboard. Setiap orang di perusahaan perlu tahu mengenai posisinya, apakah menang atau kalah dalam persaingan. Di Marriot, bahkan pelayan memiliki scoreboard sehingga mereka bisa mengetahui kinerja mereka, apakah sesuai dengan target atau belum.
.
Keempat:
Create a cadence of accountability, misalnya melakukan pelaporan secara reguler atau rapat satu kali seminggu untuk mempertanggungjawabkan apa yang tengah dilakukan untuk mencapai targetnya.