Luar Biasa

Alhamdulillaah. Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah. Wa asyhadu anna Muhammadarrasuulullaah. Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa aali ibraahiim. Fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.

“Innaallaaha yuhibbulladzina yuqaatiluna fii sabilihi shaffan ka-annahum bunyaanum marshush”. (QS Ash-Shaaf : 4)

Bapak/Ibu/Adik-adik jamaah sholat subuh yang dilimpahi rahmat Allah SWT, patut kita syukuri atas kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT sehingga kita bisa berjamaah di masjid Ar Ridho ini.

Jamaah, jika ditanya ingin menjadi insan yang biasa-biasa saja atau menjadi insan biasa atau insan luar biasa ? Saya kok yakin, kita tentu ingin menjadi manusia yang LUAR BIASA.

Sebelum membahas lebih lanjut, saya mohon perkenan hadirin untuk mengikuti exercise kecil ini. Mohon perkenan jamaah melaksanakan permintaan saya, kali ini tanpa alat tulis. Silakan ditulis secara virtual atau di atas awang-awang. Mohon jumlahkan 3 dengan 6, setelahnya tambahkan dengan 5, tambahkan dengan 15. Sudah ? Setelah itu kurangkan dengan 2, tambahkan dengan 10, bagi dengan 2, tambahkan dengan 3, kurangkan dengan 5, tambahkan dengan 9. Sudah ? Sekarang kalikan dengan 3, setelahnya tambahnkan dengan 8.

“Sudah semua ?” demikian tanya saya dan dijawab dengan manggut-manggut tanda sudah siap menjawab dan melaksanakan instruksi selanjutnya.

Sekarang silakan perhatikan permintaan saya selanjutnya. “Berapakah operasi penambahan dalam perhitungan tadi ? atau dengan kata lain, kata ‘tambah’ ada berapa ?” tanya saya

Lhaaaa… pertanyaannya diluar dugaan. Bukan hasilnya yang ditanyakan seperti biasanya. Tapi pertanyaan lain yang tak diduga. Kita sering berpikir atau berasumsi… biasanya begini.. biasanya seperti itu.. biasanya begitu. Sama seperti sedikit aksi tadi.

Dalam bulan Ramadhan ini, kita dilatih bukan menjadi orang biasa. Betul, bukan ? Biasanya makan normal 3 kali sehari, sekarang 1 atau 2 kali saja. Biasanya bangun ngepres pas adzan subuh, sebulan ini insya Allah bangun jauh sebelum imsak dikumandangkan. Alhamdulillaaah, biasanya jarang sholat malam, sekarang menjalankannya sebulan penuh. Biasanya berinfak sepekan sekali pas Jumatan, sekarang hampir tiap malam dan tiap subuh. Biasanya setelah sholat subuh langusng pulang ke rumah, sekarang berdiam sejenak, mendengarkan kuliah dan insya Allah mendapatkan ilmu baru.

Simpulan sederhana, untuk menjadi yang luar biasa, dari susuanan kata saja, ada luar dan biasa, maka hal yang sederhana dilakukan adalah keluar dari kebiasaan. Keluar bisa berarti mengubah atau membuang bahkan kebiasaan yang jelek. Bisa juga, memperkuat kebiasaan yang baik agar biar tambah joss gandoss (kalau kata yang ini saya tambahkan ditulisan ini). Sesuai dengan salah satu ayat dari Surat Ash-Shaf yang dibacakan di awal kultum tadi, yang artinya :

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalanNYA dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”

Berperang disini dapat diartikan dengan memperjuangkan kebaikan, menyerukan perlawanan terhadap ketidakberesan, kesemrawutan. Bulan ini Allah memberikan pelatihan lagi, salah satunya, biasa sholat berjamaah. Mari kita perhatikan keharian sholat berjamaah ini, maka tanpa atau setidaknya minimal adanya komando pun kita sudah berjajar rapi, mengisi barisan yang lowong. Rapi, tertib, nurut tanpa banyak cakap dan komentar. Hampir sehari 5 waktu, kita ‘dilatih’ abisss. Ini adalah kondisi biasa dan melekat pada masing-masing kita. Kita menjadi biasa, bukan ?

So, bagaimana menjadi insan yang LUAR BIASA ? Menurut hemat saya adalah ketika kita mampu dan kondisten membawa kebiasaan itu dan menjadikan darah daging pada setiap aktivitas kita.

Seharusnya kondisi jalanan macet dan terkunci, apalagi menjelang buka puasa, tidak perlu terjadi. Hasil pelatihan dan attitude sholat berjamaah menjadi pilar utama. Kita sebagai pengguna jalan yang ditatar dalam bulan Ramadhan, menjadi orang terdepan yang menjaga ketertiban dengan tidak berkendara seenaknya. Menghormati hak dan tepo seliro alis tenggang rasa kepada pengguna jalan lain dengan tidak melawan arus, bergiliran, dan mentaati rambu dan/atau peraturan lalu lintas yang lain. Kita, umat islam, seharusnya menjadi pelopor ketertiban.

Semoga kita, utamanya saya pribadi, mendapatkan hikmah bulan penuh berkah ini dengan menjadi pengguna jalan yang tertib. Kita menjadi insan luar biasa, dengan mengamalkan jiwa sholat berjamaah. Itu baru namanya insan yang LUAR BIASA. Mau ?

Catatan :

Ditulis ulang seperti pada Kultum Bakda Sholat Subuh, Ahad, 5 Juli 2015. Materi sebagian besar mendapat inspirasi dari Mas Awang Surya. Kakak kelas saya di Teknik Mesin UB. Beliau saat ini mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk berdakwah dan menulis buku. Tak heran, ia sering ‘diplesetkan’ sebagai salah satu alumni Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Jurusan Dakwah. Jelas ini bukan jurusan baru di UB, lho.

Mas Awang Surya, jazakallaah khairan katsira.

Silakan disimak materi kultum sebagai media sharing knowledge dari Hamba Allah ini yang ingin terus belajar dan menjadi salah satu umatNYA yang terus membawa manfaat bagi yang lainnya.

Silahkan share jika bermanfaat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

twenty − eighteen =