Puja dan puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah azza wajalla Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Salah satu kesyukuran terbesar adalah masih diberi kesempatan merasakan kenikmatan dan keberkahan Bulan Ramadhan. Banyak orang tua, saudara, sahabat, dan orang yang kita cintai yang telah wafat mendahului kita sehingga tak mendapatkan kesempatan ini. Mari kita sisipkan doa untuk mereka.
Bapak/Ibu rekan2, sahabat semua yang dirahmati Allah. . .
Bulan ini sungguh merupakan bulan yang penuh makna.
Perubahan malam dan siang. Pergantian bulan. Dan masih banyak peristiwa tanda alam yang dihadirkan agar kita berpikir. Mengolah rasa, batin dan akal. Kita diberikan tuntunan sesuai surat Al Imron ayat 190:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (KEBESARAN ALLAH) bagi orang yang berakal”
Bulan ini kita juga melakukan banyak hal. Ibarat mesin kita melakukan overhaul. Persiapan pun dilakukan dengan cermat. Bahkan ada yang menyiapkan diri 1 bulan sebelumnya. Banyak manfaatnya. Sebuah riset yang dilakukan oleh Dokter Eric Berg DC, spesialis healthy ketosis and intermittent fasting, menyatakan bahwa puasa dapat menekan jumlah penderita kanker. Apalagi puasa penuh selama 1 bulan. Puasa yang dijalankan umat Islam adalah intermitten fasting seperti yang dikenal di dunia. Ada interval dari Subuh hingga Maghrib. Ada yang 12 jam bahkan ada yang 17 jam.
Penelitian tersebut memberikan manfaat puasa dari sisi kesehatan. Puasa menumbuhkan sel imun baru. Puasa membuat sel kanker kelaparan. Puasa meningkatkan jaringan antioksidan. Menurut penelitian beliau di Arab Saudi, dari 100.000 hanya 96 orang yang mengidap kanker. Oman dengan 104 dari 100.000 orang, Qatar 107 dari 100.000 orang, UEA 107 dari 100.000 orang, dan Kuwait 116 dari 100.000 orang. Kemudian dibandingkan dengan beberapa negara seperti Australia dengan 486 dari 100.000 orang. Irlandia yaitu dari 100.000 sekitar 347 orang mengidap kanker. Hungaria dengan 368 dari 100.000. Amerika Serikat 352 dari 100.000 orang.
Dahsyat, bukan?
Bapak/Ibu, rekan-rekan, sahabat semua . . .
Izinkan saya mencoba melihat dari sudut pandang yang berbeda. Bulan Ramadhan menjadikan kita melakukan re-set-up hidup. Kita dipaksa. Karena ini kewajiban. Kita mau karena ketaatan kita kepada Sang Khaliq. Tapi Allah SWT selalu memberikan hikmah besar di balik setiap peristiwa.
- Saat kita Sahur dan berbuka. Kita pasti menjaga dengan baik. Tertib waktu. Tak ada yang berani setelah adzan subuh tetap makan atau minum. Sebelum adzan maghrib, meski kurang beberapa detik saja, kita tunggu. Kita sangat disiplin. Amanah atas apa yang ditetapkan.
- Kegiatan membaca dan mengaji kandungan Al Quran atau kajian kelimuan yang lain, kita lakukan. Kita meningkatkan kualitas diri kita. Ada yang mulai belajar baca dan menghafal Al Qur’an. Kompetensi kita menjadi bertambah. Tak peduli kita dicap atau dibilang mendadak alim. Karena memang ini kesempatan langka.
- Dulu ada yang suka ngerumpi nggak karuan. Diskusi yang mengalir tanpa makna. Kini kita menjaganya. Lisan kita jaga. Perasaan orang lain kita jaga. Secara tidak langsung interaksi menjadi lebi harmonis.
- Kita juga patuh dan taat pada saat berpuasa. Makanan yang enak dan lezat menggiurkan pun tidak kita sentuh. Padahal itu makanan halal. Kita juga saling menjaga puasa kita dan rekan kita. Kita loyal.
- Saat Ramadhan ada yang menjadikan titik tolak utuk melakukan perubahan. Perokok berhenti megisap sigaretnya sewaktu-waktu. Bahkan tak jarang setelah Lebaran berhenti total. Banyak penyesuaian yang dilakukan. Kita sangat adaptif. Saya mendoakan bagi para perokok agar bisa berhenti.
- Pada malam hari, kita juga didorong melakukan sholat berjamaah, tarawih. Plus kegiatan lainnya seperti pengumpulan Zakat dan Infaq. Tak jarang ada kepanitiaan khusus untuk mengelolanya. Kita bahu membahu dengan warga lain. Biasanya jarang ketemu, sekarang menjadi lebih sering ketemu. Kegiatan yang sangat kolaboratif.
Secara tidak langsung kita semua para pejuang yang melaksanakan Puasa Ramadhan adalah pelaksana Tata Nilai AKHLAK. Tidak dirasa, bukan?
Sekarang saya ajak bermimpi. Mari kita renungkan. Berapa persen penduduk Indonesia yang muslim? Berapa banyak umat muslim yang melakukan kegiatan itu? Kita boleh menjawab secara kualitatif: SEBAGIAN BESAR. Ya, sebagian besar umat Islam menjalankan kewajiban ini.
Fenomena ini, pengalaman 1 bulan ini, adalah bukti bahwa kita bisa. Coba dibayangkan ketika apa yang kita lakukan merasuk dan memberi contoh kepada yang lain. Implementasinya tidak berhenti pada diri sendiri, tidak berhenti saat di masjid. Saya membayangkan perubahan besar di negeri ini bukan masalah rumit. Kita bisa. Bahkan menjadi motor penggerak perubahan itu.
Bagaimana tidak? Jika ketaatan kita tidak mencuri-curi waktu berbuka, sudah mendarah daging. Kita tidak mau melakukan itu karena bisa membatalkan puasa. Lebih jauh lagi, bahwa perbuatan itu mencerminkan ketidaktaatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka, kita tentunya akan takut mencuri barang atau mengambil hak orang lain. Kita takut mengingkari amanah.
Jika semangat menaikkan kompetensi juga diterapkan pada bisa ilmu atau pekerjaan yang digeluti, maka bukan tidak mungkin muncul generasi-generasi yang pilih tanding. Mumpuni dalam bidangnya. Selalu menjadi nara sumber dimana-mana. Pemikir dan generasi solutif terhadap permasalahan masyarakat.
Semangat bekerja sama dengan orang lain dan saling menghargai perbedaan, dihidupkan juga pada kegiatan lain. Tidak berhenti saat bulan Ramadhan usai. Tidak hilang ditelan waktu, saat pembubaran panitia dilakukan, maka bukan mustahil, banyak masalah dapat dituntaskan dengan damai dan membahagiakan.
So . . . Bapak/Ibu, sahabat saya yang saya banggakan . .
Mari kita resapi dan maknai Ramadhan ini sebagai kawah candradimukai. Tempat pelatihan yang komprehensif. Sehingga setelah Lebaran, momen dan rasa itu tetap membara dan mendarah daging. Kita lanjutkan dengan implementasi lain yang nyata. Kita teruskan hingga kita ketemu Ramadhan lagi. Kita perbaiki lagi saat Ramadhan tiba. Begitu seterusnya. Continuous Improvement. Dan itu semua, motornya adalah kita yang melaksanaan SHAUM Ramadhan. Insya Allah akan banyak perubahan positif yang terjadi. Saya sangat yakin itu. Karena perubahan itu ada di tangan kita.
Mari kita ingat janji Allah dalam surat Ar Ra’d ayat 11:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri“
Mari kita jemput janji Allah tersebut. Kita wujudkan bersama.
Semoga berkenan. Mohon maaf atas segala kekhilafan.
Wassalaam.
.
__Disampaikan pada TAKJIL (sesi berbagi Masjid Baitul Hikmah Elnusa) pada Selasa, 5 April 2022 | 3 Ramadhan 1443H.