Terobosan Sang Dosen

Bertemu sahabat yang satu ini, energi saya bertambah. Ia adalah salah satu alumni yang mengabdikan dirinya sebagai tenaga pengajar. Hampir tidak pernah ia mengeluh akan profesi yang ia jalani. Setiap pertemuan maupun sekedar percakapan by phone atau by WA, memberikan kabar yang berbeda, tapi tetap berisi pesan positif. Saya teringat ketika pada masa ia kemanten anyar, teman ini memanfaatkan waktu pulang kampungnya dengan membawa beras untuk dijual kembali di Malang.

“Marginnya lumayan, menambah uang dapur”, ujarnya sembari terkekeh tanpa perlu menunggu pertanyaan lain.

Tak lama setelah itu, ia menambah lini bisnisnya. Kadang ia jual beli mobil. Kata teman sejawatnya, usaha yang satu ini, ia kadang merugi. Tapi ternyata tak membuatnya kapok. Ia yakin tetap beruntung. Setidaknya pernah merasakan beberapa jenis mobil. Usaha ini pun masih dijalaninya hingga kini. Semua itu dilakukannya tanpa meninggalkan kewajiban utamanya mendidik putra bangsa dan mengemban jabatan struktural yang diamanahkan kepadanya baik di perguruan tinggi maupun di kampung tempatnya bermukim.

Pas ketemu dua hari lalu, ia punya topik bercerita yang baru. Istrinya saat ini menekuni usaha catering. Memang sobat saya ini, penuh terobosan. Saya tak sabar mendengar cerita sambungannya, karena saya yakin ada sesuatu dibalik itu.

“Aku melibatkan ibu-ibu tetangga untuk membantu istri. Ada yang kebagian masak sambel goreng. Ada yang memfresto bandeng. Ada yang masak sayur. Istriku ahlinya nasi bakar saja”, begitu dia menerangkan bagaimana menjalankan bisnisnya. Meski, ia tak berkenan ini disebut bisnis. Tentunya perbedaan istilah ini tak perlu diperdebatkan.

Masya Allah. Benar juga dugaan saya, dengan menambah lini bisnis, ia pun menambah silaturahim. Dan yang terpenting, alumni Teknik Mesin satu ini, juga memberdayakan orang lain. Orang terdekat di lingkungannya menjadi bertambah kesibukan, mempertajam kompetensinya, bertambah penghasilan. Terlebih ada komnitas baru, kelompok masyarakat yang punya keahlian kuliner tertentu. Someday, akan menjadi pesohor juga.

Terobosan yang sangat brilian dan multi dimensi. Bagaimana tidak ? Ia dapat menambah penghasilan yang halalan thayyiban (baca: halal dan baik) bagi keluarganya. Tapi tidak berdaya sendirian, ia mengangkat potensi masyarakat sekitar. Dan tentunya meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga lain. Ini jelas meringankan beban. Terlebih dalam situasi ekonomi yang serba sulit ini. Disadari atau tidak, ia menjadi penggerak dan pendorong ketahanan ekonomi sutau komunitas, yang tentunya memperkuat daya tahan masyarakat yang lebih luas.

Upaya yang bisa jadi menurut orang lain, kecil. Namun, justru ini awal dari ketahanan ekonomi nasional. Orang berpotensi menjadi produktif ketika ada peluang memberdayakannya. Peluang harus diciptakan dan tentunya dibagi kepada orang lain, tidak digenggam sendirian. Inilah sebenar-benarnya takaful, saling meringankan atau menanggung beban. Satu tahapan utama dalam persaudaraan.

Semoga teman yang sedang menempuh program doctor ini, mendapat keberkahan Allah Azza wajalla atas upaya yang dilakukannya. Tentunya breakthrough yang dilakukannya menjadi inspirasi saya dan rekan-rekan semua dalam membumikan arti takaful.

Silahkan share jika bermanfaat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

8 − five =