Atasi Galau

Saya yakin anda pernah mengalami gundah gulana. Galau atas situasi yang terjadi. Kondisi yang berimbas secara pribadi baik raga, jiwa dan ekonomi. Tentunya, anda pun tidak ingin itu berlarut. Aksi korektif senantiasa diupayakan. Tidak terkecuali saya. Paling awal yang tahu persis jelas garwa alias istri saya. Saya pun berbagi atas situasi yang saya alami. Ia pun memberi semangat, selalu ada jalan keluar.

Tiga bulan terakhir ini, situasi dan kondisi itu menghampiri saya. Saya merasa kontribusi terhadap perusahaan tidak optimal. Beberapa proyek yang direncanakan layu sebelum berkembang. Itu pun dipengaruhi oleh banyak faktor, utamanya faktor eksternal. Beda persepsi dan keyakinan, bisa jadi karena beda pehamaman, beda cara pandang. Tapi tetap saja ujungnya tahun ini belum ada proyek yang gol, menapaki langkah komersial pun masih jauh.

Daya upaya tetap dilakukan. Satunya di rem perlahan, proyek baru yang lain digagas. itu semua harus dilakukan walau resources terbatas. Saya setidaknya melakukan 3 hal untuk menepis kegalauan.

Saya menguatkan diri sendiri. Termasuk di dalamnya mengadu dan bermunajat kepada Allah, Sang Maha Pengatur. Saya tidak boleh lembek. Kalau saya lembek, bisa berakibat serupa kepada tim. Ing ngarso sung tuladha, sebagi leader harus memberikan contoh. Tentunya, seluruh kondisi juga saya ceritakan kepada anggota tim. Saya sisipi penyemangat baik untuk diri sendiri maupun team member. Kegiatan teknis dikurangi ditambahkan kegiatan non teknis yang tetap menguatkan satu sama lain. Perawatan kegiatan proyek tetap berjalan. Maintaning spirit by maintaining the project progress. Kegalauan ini dijadikan jamu, pahit tapi insya Allah menyehatkan.

Call my friends. Intinya saya berusaha meminta saran dan melibatkan beberapa sahabat. Saya meminta mereka berbagi pengalaman. Saya yakin setiap orang pernah mengalami hal yang sama. Saya ingin mendapatkan sikap yang lain dan unik, kala mereka menemukan solusi mengatasi kegalauan. Banyak input dan sangat berwarna. Sebagian besar saya terima untuk diterapkan. Tidak luput juga, beberapa guru saya repoti dengan confusion ini. Kiriman Al Fatihah pun bertebaran. Sungguh menyejukkan. Di lain pihak, masih banyak yang sayang dan perhatian dengan saya. Alhamdulillaah.

Tetap berniat dan beraksi untuk orang lain. Seluruh aktivitas, termasuk kegiatan sosial, tetap saya buat normal, tidak boleh berkurang sedikitpun. Beda prioritas atau durasi bisa jadi terjadi review, namun tetap berjalan. Aktivitas di luar kegiatan utama di perusahaan adalah tabungan energi saya. Kadang menjadi trainer, tak jarang diminta ngemsi (jadi master of ceremoni), memberika kuliah tamu, dll. Saya tidak mau kehilangan itu. Meski katanya, pancaran wajah saya tidak terlihat se sumringah (baca : cerah) biasanya. Perhatian itu, saya maknai, bahwa hal negatif dalam diri mulai nampak. Itu harus ditambal dengan kegiatan yang memancarkan energi positif. Insya Allah, energi positif pancarannya pun akan mencerahkan, itu yang senantiasa ditanamkan guru saya.

Setidaknya aksi itu mengurangi galau. Semoga dalam pekan ini saya berkesempatan memeluk hangat beberapa sahabat saya yang lama tak bersua darat. Sahabat-sahabat hebat saya itu sedang melakukan upaya dan aksi positif untuk melakukan perubahan mental, sikap dan aksi orang lain untuk menjadi lebih baik. Mereka memberikan pelatihan selama 3 hari penuh, di bawah komando Pak Jamil Azzaini.

Semoga pelukan hangat dan tulus mereka juga memberikan transfer energi yang dahsyat.

Silahkan share jika bermanfaat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 × one =