Sepuluh Hal yang Dapat Melunturkan Kharisma

10 Hal yang Dapat Melunturkan Kharisma Anda.
by : Fay Irvanto (Founder Charisma Class, Fay Irvanto, Inc.)
.

1. Arogansi: Rasa penting diri yang berlebihan dan sikap superioritas dapat menjauhkan orang daripada menarik mereka.

2. Tidak Autentik: Berpura-pura menjadi seseorang yang Anda sebenarnya tidak atau memainkan peran palsu dapat merusak kepercayaan dan autentisitas, yang merupakan komponen penting dari kharisma.

3. Kurang Empati: Mengabaikan atau meremehkan perasaan dan pandangan orang lain dapat membuat Anda terlihat terputus dan tidak peduli.

4. Negativitas yang Berlebihan: Terus-menerus fokus pada hal-hal negatif dapat menguras energi dari interaksi dan membuat Anda kurang menarik untuk didekati.

5. Egois: Selalu mengarahkan percakapan pada diri sendiri dan kepentingan Anda tanpa menunjukkan minat pada orang lain dapat membuat orang menjauh.

6. Kurang Percaya Diri: Meskipun rendah hati penting, kekurangan kepercayaan diri total dapat merusak kemampuan Anda untuk mendapatkan perhatian dan rasa hormat.

7. Keterampilan Mendengarkan yang Buruk: Mengabaikan orang lain atau tidak memperhatikan saat mereka berbicara menunjukkan kurangnya rasa hormat dan minat.

8. Sikap Yang Terlalu Dominan: Terlalu tegas atau dominan dapat membuat orang merasa tidak nyaman dan menciptakan jarak.

9. Ketidakandalan: Gagal memenuhi komitmen atau tidak menepati janji dapat merusak kepercayaan dan kredibilitas.

10. Sikap Tidak Menghargai Orang Lain: Perlakuan buruk atau tidak hormat terhadap orang lain dengan cepat dapat menghancurkan persepsi positif terhadap kharisma.

Kharisma dibangun atas hubungan yang tulus, rasa hormat, dan interaksi positif. Menghindari perilaku merusak ini dapat membantu Anda mempertahankan dan meningkatkan kharisma alami Anda.

Analisis Mbok Jamu

Dalam rangka meliput kemajuan ekonomi mikro, tim reporter salah satu  TV swasta melakukan reportase di sebuah pasar dekat Stasiun Lempuyangan, Jogja.

Mereka menghampiri seorang mbok penjual  jamu gendong…

Setelah berbasa-basi, sang reporter mewawancarai si mbok dan kamera mulai jalan.

Reporter :
‘Mbok…sudah lama jual jamu gendong ?
Apa saja yang dijual ini ?’

Mbok Jamu :
‘Saya mulai jualan ini sejak bapaknya anak-anak meninggal lima tahun lalu.
Di sini ya jual jamu beras kencur, cabe lempuyang, galian singset dan lain lainnya…’

Reporter :
‘Sudah lima tahun !
Emang margin-nya cukup, sampe bisa bertahan lima tahun ?
Margin itu keuntungan atau bathi kalau bahasa Jawa, mbok…’
(Sang reporter berusaha menerangkan agar si mbok paham).

Mbok Jamu :
‘Begini mas…saya membangun platform bisnis karena di sini market-nya memang ada dan belum terpenetrasi oleh jaringan pemodal besar dari kota.
Bisnis ini ndhak semata-mata untuk meng- capture margin, tapi saya ingin platform ini sebagai anchor of business atau market maker di kampung ini.
Saya juga ingin pasar ini jadi semacam market place of ideas bagi warga kampung ini…’

(Si reporter kaget dengan istilah dan penjelasan mbok jamu)

Reporter :
‘Maksud mbok ?’

Mbok Jamu :
‘Kan kalau mereka ngumpul sambil minum jamu, suka ngobrol, sharing informasilah.
Dengan informasi itu saya jadi tahu produk apa saja yang preferable ke depannya…’
(Si reporter jadi tambah minder)

Reporter :
‘Ada yang suka ngutang nggak mbok ?’

Mbok Jamu :
‘Ada….tapi salah satu tujuan saya jual jamu, supaya bisa men- deliver confidence bagi warga kampung, para petani atau orang-orang yang lewat, mereka tetap bisa sehat walau sedang ndhak punya uang.
Yang penting, mereka bisa survive bekerja, lalu platform ini tetap bisa sustain.’

(Si reporter mulai berpikir, jangan-jangan mbok ini temannya pejabat tinggi).

Reporter :
‘Bagaimana kalau mereka nggak bayar ?’

Mbok Jamu :
‘Kalo sampe akhir bulan mereka ndhak punya duit…biasanya mereka menawarkan skema debt to commodities swap.
Bayar pakai sayuran, singkong, ubi, pisang, atau apa saja…’
(Si reporter semakin keder).

Reporter :
‘Apakah akhir-akhir ini yang minum jamu berkurang ?’

Mbok Jamu :
‘Menurut saya purchasing power masyarakat memang terus turun, tapi kesadaran mereka untuk hidup sehat melebihi orang kota.
Awarness to healthy-nya sangat tinggi.
Mungkin pola konsumsinya yang berubah.
Katanya untuk Q-3 tahun 2023 ini ekonomi Cina tumbuh 6,9%, harusnya itu pertanda baik buat usaha orang-orang di sini…’
(Si reporter ngebatin, ‘saya aja gak tahu, ekonomi Cina tumbuh 6,9%’, dan mulai kehabisan pertanyaan).

Reporter :
‘Mbok kenal sama Sri Mulyani ?’

Mbok Jamu :
‘Ya kenal lah…kebetulan bu Sri itu pelanggan setia  mbok setiap berkunjung ke Jogja dan juga satu grup WA…’

Reporter
pantesan mbok ngerti semua istilah ekonomi…
.
.
Pesan moral jangan menganggap kecil/sepele pekerjaan seseorang, apa pun pekerjaan nya.
.
Catatan: Saya salin cerita ini dari WAG. Semoga yang membuat cerita ini mendapat pahala amal jariyah. Mohon izin saya posting tanpa nama, karena sampai hari ini, saya belum tahu siapa yang pertama kali membuat kisah ini.
.

Sepuluh Supervisory Behavior yang Wajib Dimiliki Para Leader

Sepuluh Supervisory Behavior yang Wajib Dimiliki Para Leader
by SHIFT Indonesia, 31 Maret 2023
.
Seorang supervisor atau pemimpin yang baik dapat memahami aspirasi anggota timnya dan membimbing mereka. Salah satu cara efektif untuk mencapai hal ini adalah dengan mengembangkan perilaku supervisory atau supervisory behavior yang tepat.
.
Excellent people, seorang pemimpin memiliki peran manajerial yang melekat dalam fungsinya, ia harus mengarahkan dan memimpin tim dari berbagai bagian yang berbeda di organisasi agar dapat bekerja secara harmonis. Pernahkah Anda mengalami kesulitan dalam peran ini? Jika iya, maka Anda harus mengembangkan kemampuan ‘supervisory behavior’ untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif.
.
10 Supervisory Behavior
Menurut pendekatan motivasi, supervisori secara positif mempengaruhi hasil kerja karyawan. Perlu dipahami bahwa tujuan perusahaan akan tercapai jika setiap individu mampu menjalankan pekerjaannya dengan baik dan penuh rasa tanggungjawab. Disinilah peran pemimpin utamanya dalam hal mengarahkan karyawan untuk bisa bekerja secara efisien dan produktif sangatlah diperlukan. Tentu ini bukanlah pekerjaan mudah, namun dengan memiliki 10 perilaku di bawah ini Anda dapat menjalankan tugas supervisor dengan efektif.

1. Spesifik Work Planning (Merencanakan Kerja)
Yaitu menyusun rencana kerja sendiri dan rencana kerja bawahan secara spesifik berdasarkan Goal setting yang ingin dicapai dengan menggunakan prinsip SMART (Specific, Measurable, Attainable, Realistic, Time Bound).

2. Making Assignment (Memberikan Penugasan)
Setelah rencana kerja siap, berikutnya adalah berikan penugasan langsung kepada orang-orang yang bersangkutan. Beberapa hal yang perlu Anda lakukan ketika memberikan penugasan adalah memberi penjelasan tugas (kuantitas, kualitas dan lama waktu pelaksanaan), bertanya pada karyawan tentang pemahamannya atas pekerjaan tersebut, mendapat komitmen dari karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai arahan, memberi jadwal tindak lanjut tentang pemeriksaan penyelesaian pekerjaan.

3. Giving Direction (Memberikan Pengarahan)
Setelah tim memahami tugas mereka, pastikan Anda memberikan instruksi yang jelas tentang metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

4. Following Up (Tindak Lanjut)
Melakukan tindaklanjut yang diperlukan agar pekerjaan berjalan sesuai dengan penugasan yang diberikan. Hal yang perlu diketahui disini adalah masalah akurasi penyelesaian tugas, jika ada ketidaksesuaian maka lakukan identifikasi faktor penyebabnya dan berikan umpan balik yang positif dan konstruktif.

5. Positive Feedback (Umpan Balik Positif)
Seorang pemimpin harus dapat melihat kinerja tim dan memberikan umpan balik positif baik secara verbal maupun non-verbal untuk menghargai apa yang telah dikerjakan dengan baik. Umpan balik yang positif akan menjadi motivasi bagi semua orang untuk terus bersemangat melakukan pekerjaan dan memperkuat perilaku positif.

6. Constructive Feedback (Umpan Balik Konstruktif)
Jika umpan balik positif digunakan untuk mengapresiasi hasil baik yang telah dicapai, sebaliknya umpan balik konstruktif digunakan untuk mengambil tindakan korektif atas perilaku dan kinerja yang masih harus ditingkatkan. Umpan balik konstruktif harus dilakukan tepat waktu segera setelah diketahui, libatkan karyawan untuk membahas tentang hal yang harus ditingkatkan. Selanjutnya pastikan bahwa perbaikan tersebut menjadi suatu kebiasaan.

7. Coaching & Support (Pendampingan & Dukungan)
Salah satu hal yang dibutuhkan karyawan adalah kehadiran pemimpin. Jadwalkan pertemuan baik itu secara online atau tatap-muka langsung, dampingi tim menghadapi permasalahan yang terjadi, berikan jawaban atas semua pertanyaan mereka, dan tidak ketinggalan berikan dukungan termasuk pelatihan yang dibutuhkan.

8. Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Gunakan pengalaman dan keahlian Anda untuk bekerjasama dengan karyawan melakukan upaya pemecahan masalah bersama-sama. Dapatkan komitmen bersama dari setiap anggota tim dan libatkan mereka semua untuk mengenali masalah dan menemukan solusi terbaiknya.

9. Reporting (Pelaporan)
Membuat laporan atau dokumentasi tidak kalah penting dari membuat rencana kerja. Pemimpin harus memiliki dokumentasi hasil nyata yang spesifik, lengkap, dan terukur sebagai dasar membuat perencanaan tindakan berikutnya.

10. Positive Work Relationship (Hubungan Kerja Positif)
Membangun hubungan kerja yang transparan dan saling menghargai dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
.

.
Catatan : Terima kasih kepada Redaksi Majalah SHIFT Indonesia. Semoga menjadi amal kebaikan dengan diizinkannya penyebarluasan materi yang bernas ini.

Petugas Kebersihan NASA

Petugas Kebersihan NASA
by: Tim INALEAD
.
.
Pada tahun 1962, Presiden John F. Kennedy mengunjungi NASA.

Setahun sebelumnya, dia membuat pidatonya yang terkenal:

“Amerika Serikat akan menempatkan manusia di bulan pada akhir tahun 60-an”.

Dalam kunjungannya, ceritanya, dia bertemu dengan seorang petugas kebersihan.

Pria itu sedang menyapu lorong saat JFK mendekatinya.

“Hai, saya Jack Kennedy,” katanya kepada petugas kebersihan. “Apa yang sedang kamu lakukan?”

Petugas kebersihan menjawab:

“Pak Presiden, saya membantu menempatkan manusia di bulan.”

____

Kisah ini mungkin legenda, melebihi kebenaran. Terlepas dari itu, ia memiliki pelajaran yang kuat. Bagi petugas kebersihan, pekerjaannya sangat berarti. Dia tidak hanya menyapu debu. Dengan membersihkan lorong, dia:

• Menyediakan lingkungan kerja yang aman
• Mendukung para insinyur NASA
• Berkontribusi pada misi

Petugas kebersihan memiliki apa yang diinginkan begitu banyak orang. Dia memiliki tujuan.

*

Ada banyak alasan kita bekerja.
• Untuk mendapatkan uang
• Untuk menemukan kepuasan
• Untuk meningkatkan kehidupan kita

Setiap orang memiliki motivasinya masing-masing. Namun, kita menginginkan adanya rasa terarah, adanya tujuan (mulia). Kita semua ingin tahu bahwa waktu kita tidak terbuang sia-sia. Kita semua ingin percaya bahwa kita berbuat baik.

*

Bagaimana Anda menemukan tujuan dalam pekerjaan Anda? Ini ada pendekatan sederhana:

• Identifikasi SIAPA yang Anda layani
• Perjelas MENGAPA Anda melayani mereka
• Hubungkan BAGAIMANA pekerjaan Anda dapat memberikan kontribusi

Kemudian ingatkan diri Anda tentang hal itu setiap hari. Anda tidak hanya melakukan pekerjaan. Anda menempatkan seseorang di bulan, dalam versi Anda.

*
Saatnya bertanya…

“Apakah saya memiliki kejelasan tujuan dari peran/pekerjaan saya hari ini?”

Catatan : Terima kasih Tim INALEAD atas artikelnya. Semoga menjadi amal kebaikan ketika kiat ini menyebar luas.

TRUST

TRUST
Oleh: Dr. TA. Kurniawan, ST., MSc.

Kita biasa mengartikan trust sebagai kepercayaan, jika itu berkaitan dengan kata benda. Forbes, sebuah media global yang bereputasi, dalam salah satu tulisannya menempatkan kepercayaan sebagai faktor paling penting menuju kesuksesan, baik pada konteks personal maupun institusional. Saat ini, dunia dihadapkan pada rendahnya tingkat kepercayaan publik terhadap 4 institusi dasar, yaitu pemerintah, media, bisnis, dan lembaga nonpemerintah (NGO), sebagaimana dirilis oleh Edelman Trust Barometer. Tingkat kepercayaan yang rendah akan mengakibatkan atmosfer interaksi yang tidak positif yang pada ujungnya sangat berpengaruh pada kinerja personal dan institusional. Terlebih lagi, dunia saat ini berada pada era informasi dengan beragam platform teknologi digitalnya menuntut tingkat kepercayaan yang sangat tinggi jika kita ingin tetap bisa eksis di tengah gelombang disruptif yang datang secara cepat dan tidak bisa dengan mudah diprediksi.

Paul J. Zak, seorang profesor di Claremont Graduate University USA yang menekuni bidang Neuroeconomics, menjelaskan hasil penelitian neurosciencenya bahwa brain chemical oxytocin level dalam diri seseorang yang distimulasi oleh lingkungan yang mampu membangun culture of trust akan sangat berpengaruh pada tingkat loyalitas dan produktivitas dirinya dalam lingkungan kerja. Berdasarkan ekperimennya, Prof. Zak menemukan fakta bahwa produksi Oxytocin yang tinggi (identik dengan kepercayaan yang tinggi) dari seseorang bisa distimulasi dengan merekayasa perilaku manajemen yang positif, antara lain mengenali keunggulan ( recognize excellence), memberikan tugas yang menantang tetapi bisa diselesaikan ( induce challenge stress), memberikan keleluasan bekerja dengan cara mereka sendiri ( discretion in how they do their work), membangun relasi dengan sengaja ( intentionally build relationships). Penelitian ini membuktikan secara ilmiah bahwa lingkungan kerja yang dibangun dengan kepercayaan yang tinggi akan berpengaruh positif pada kondisi psikologis pekerja sehingga berdampak pada kinerjanya.

Kepercayaan ternyata harus diusahakan dan dibangun, dan bukan diminta. Eksperimen ini menjelaskan bahwa manajemen harus membangun lingkungan kerja yang mampu menumbuhkan kepercayaan dari para pekerja, sama sekali bukan hanya sekedar meminta para pekerja untuk begitu saja percaya kepada manajemen.

Ilmu pengetahuan yang kita ketahui saat ini, ternyata membuktikan kebenaran perjalanan dakwah Rasulullah SAW yang mampu mentransformasikan sebuah jazirah yang terbelakang dan tidak beradab menjadi sebuah masyarakat yang mampu menjadi kiblat peradaban terbaik dunia yang pernah ada. Dan, itu berawal dari kepercayaan. Beliau mendapatkan gelar al-Amin, yang artinya orang yang dapat dipercaya, dari masyarakat jahiliyah Mekkah jauh sebelum beliau mendapatkan risalah kenabian pada usia 40 tahun. Dengan modal integritas pribadi yang terbangun dari awal dan teruji itulah, beliau mampu menjalankan tugasnya sebagai Rasul dengan penuh keteladanan. Beliau tidak meminta orang untuk percaya dan taat kepadanya, tetapi pada akhirnya orang kemudian menaruh kepercayaan dan taat kepada beliau sekaligus mengikuti risalah beliau, mulai dari yang paling kaya sampai paling miskin, dari yang paling berkuasa sampai yang tidak punya kekuasaan sama sekali. Bahkan, jauh sesudah masa kehidupan beliau, risalah itu masih tetap diikuti oleh kita saat ini yang terpisah ribuan tahun lamanya. Maka, sangat bijak jika saat kita memperingati kelahiran beliau dalam rangka Maulid Nabi, bukan aspek seremoninya yang dikedepankan tetapi aspek revitalisasi diri dan institusi untuk meneladani pribadi yang dipercaya itulah yang mesti ditumbuhkembangkan.

Kepercayaan dan ketaatan bukanlah diminta, tetapi diberikan oleh mereka yang memang melihat dan merasakan bahwa diri kita memang pantas untuk dipercaya dan ditaati.

Salam perubahan.

©️ 2021-2022
Komunitas Perbaikan Tanpa Henti

Rahasia Besar Idul Fitri

Rahasia Besar di Balik Hari Raya Umat Islam
Saripati pesan-pesan Syaikh Mustafa Siba’i dalam Buku ‘Hakadza Allamatni Al Hayah’. Sebagai reminder bagi saya dan semoga bagi sahabat semua.

.

Disalin dari : Telegram Generasi Shalahuddin

.

“Bagi orang berakal, hari raya adalah kesempatan untuk taat pada Allah. Ia bisa bersilaturahim, berbagi dan menolong orang-orang. Sedangkan bagi orang bodoh, hari raya dianggapnya kesempatan untuk bermaksiat mengumbar syahwatnya. Bagi orang yang lalai, ia menganggap hari raya sebagai ajang balas dendam, sama seperti yang dipikirkan anak kecil.”

.

“Hari raya memberikan kita pelajaran sosial yang berharga: ternyata kebahagiaan masyarakat banyak lebih besar dampak positifnya daripada kebahagiaan pribadi yang tak dirasakan banyak orang. Di hari raya, rasa bahagia masuk ke hati manusia sampai pada orang-orang yang sedih, sakit dan sedang bermasalah. Hal itu terjadi karena kebahagiaan hari raya tercipta bukan dari diri pribadi tertentu, melainkan dari masyarakat. Dan kebahagiaan masyarakat ini menutup kesedihan kecil yang dirasakan sebagian orang itu.”

.

“Kalau saja orang-orang muslim bertakbir dengan hatinya sebagaimana mereka bertakbir dengan lisannya di hari raya; sungguh mereka akan mengubah wajah sejarah. Kalau saja Umat Islam menghadiri shalat jama’ah di masjid sebagaimana mereka menghadiri shalat Ied, akan hancurlah tipu daya musuh-musuh.”

.

“Berusahalah juga untuk melukis kebahagiaan di wajah anak-anak tetanggamu sebagaimana kau membahagiakan anak-anakmu sendiri di hari raya. Semua itu, agar kebahagiaan anak-anakmu pun semakin sempurna di hari kemenangan.”

.

“Kalau hari raya sudah menjadi acara seremonial semata, maka akan hilanglah rasa bahagia dari jiwa, akan tercabutlah dampak positifnya dari akar masyarakat dan jadilah hari raya hanya sebagai ajang untuk melakukan hal-hal tak berguna dan menghabiskan waktu.”

Kerikil Kecil

Tulisan yang saya terima selepas subuh via WA dari salah satu penulis, Satria Hadi Lubis, Ak., MM., MBA. Sungguh menyadarkan saya. Izinkan saya bagi kepada sahabat. Semoga berkenan. Semoga menginspirasi dan penjungkit aksi.

______

Kerikil Kecil

Seorang mandor bangunan yang berada di lantai 3 ingin memanggil pekerjanya yang sedang bekerja di bawah.

Setelah sang mandor berkali-kali berteriak memanggil, si pekerja tidak dapat mendengar karena fokus pada pekerjaannya dan bisingnya alat bangunan.

Sang mandor terus berusaha agar si pekerja mau menoleh ke atas, maka dilemparnya uang logam Rp. 1.000,- yang jatuh tepat di sebelah si pekerja.

Si pekerja hanya memungut uang tersebut dan melanjutkan pekerjaannya. Mungkin dikiranya itu uang logam yang tercecer.

Sang mandor akhirnya melemparkan uang sejumlah Rp. 100.000,- yang diramas-remas dan berharap si pekerja mau menengadah “sebentar saja” ke atas.

Akan tetapi si pekerja hanya lompat kegirangan karena menemukan uang Rp 100.000 dan kembali asyik bekerja.

Pada akhirnya, sang mandor melemparkan kerikil kecil yang tepat mengenai kepala si pekerja. Merasa kesakitan akhirnya si pekerja baru mau menoleh ke atas dan dapat berkomunikasi dengan mandornya.

Cerita tersebut di atas serupa dengan kehidupan kita, Allah SWT selalu ingin menyapa kita, akan tetapi kita selalu sibuk mengurusi “dunia” kita.

Kita diberi rejeki sedikit maupun banyak, sering kali kita lupa untuk menengadah bersyukur kepada-Nya.

Bahkan lebih sering kita tidak mau tahu dari mana rejeki itu datang

Bahkan kita selalu bilang:

“Kita lagi Hoki!” . . .

“Wajar donk…logis donk …apa yang saya dapatkan!”

Yang lebih buruk lagi kita menjadi takabur dengan rezeki yang sebenarnya milik Allah!

Jadi… jangan sampai kita mendapatkan lemparan “kerikil kecil” yang kita sebut MUSIBAH agar kita mau menoleh kepada-Nya.

Sungguh Allah sangat mencintai kita, marilah kita selalu ingat untuk menoleh kepada-Nya, sehingga tak perlu ada lagi lemparan “kerikil kecil” saat Dia rindu dan ingin berkomunikasi dengan kita.

“Dan dari mana saja kamu keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram (Allah). Dan dimana saja kamu kalian berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-KU (saja). Dan agar AKU sempurnakan nikmat-KU atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk”

(QS. Al Baqarah ayat 150).